Hingar dunia terdengar semakin berisik setiap harinya. Pelataran beranda setiap tajuk terdengar saling saut menyaut. Si ponsel pintar tak pernah letih membombardir para pemirsanya dengan jutaan berita. Jarak jengkal ujung dunia lenyap oleh sang gadget. Namun, bagi penggunanya, Fear of missing out alias FOMO seperti sudah mengalir dalam darah, walaupun yang terjadi adalah tsunami informasi. FOMO dapat menjangkit siapa saja, tidak terkecuali orang-orang introvert. Bagi seorang introvert, dunia yang bising seringkali mendistraksi fokus dan damai. Lantas apa saja yang dibutuhkan untuk meminimalisir distraksi tersebut?
Hal pertama adalah dengan membuat safe zone alias zona nyaman sendiri. Salah satu karakteristik utama dari introvert adalah memiliki ruang sendiri yang cukup. Semakin berisik dunia, semakin banyak waktu yang diperlukan untuk sendirian. Memberikan ruang berarti mengizinkan diri kita untuk mencerna secara alami berbagai peristiwa yang terjadi, tanpa harus memaksakan diri untuk selalu berorientasi pada kesempurnaan.
Setelah memiliki ruang sendiri, yang perlu dilakukan adalah belajar berpura-pura. Dunia tidak mungkin berjalan sepenuhnya mengikuti skenario yang ada di dalam pikiran kita. Kadang, tanpa disadari kita merasa dunia tidak adil karena kita terlalu banyak membayangkan dunia ideal dalam angan. Tentu saja perlu dilakukan adjustment pada diri sendiri dan belajar untuk memainkan peran, karena dunia akan menggilas apapun yang dilaluinya, tanpa peduli pada siapapun yang menderita karenanya.
Hal terakhir yang diperlukan oleh introvert adalah dukungan. Tidak dapat dipungkiri, manusia membutuhkan validasi walaupun sayangnya itu sangat bergantung pada faktor eksternal. Meskipun demikian, memiliki support sistem yang mendukung tidak pernah benar-benar ada di dalam kendali kita. Tidak semua orang cukup beruntung untuk dikelilingi orang-orang dan lingkungan yang baik. Belum lagi, fase kedewasaan selalu identik dengan kerumitan interaksi sosial, waktu dimana semua orang pusing dengan masalah hidupnya masing-masing. Namun, satu hal yang sering luput adalah dukungan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Orang nomor satu yang paling pantas kita dukung adalah diri sendiri, dengan merawat kepercayaan atas segala kerja kerasnya dan berterimakasih atas ketangguhannya untuk bertahan. Bukan tanpa sebab, karena yang paling konsisten dalam hidup adalah masalah dan tantangan. Bertahan saja dulu, berhasil pada saatnya nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H