Mohon tunggu...
Millah Nur Chanifah
Millah Nur Chanifah Mohon Tunggu... Lainnya - learner

Compilation of thought

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengasuh Diri Sendiri

12 Juli 2024   23:16 Diperbarui: 12 Juli 2024   23:38 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua orang terlahir berlimpah keberuntungan. Sebagian dari kita ada di dunia ini dalam banyak himpitan keterbatasan. Ada sebuah benang lurus yang sama dari semua kehidupan, yaitu tidak pernah ada seorang bayi pun yang meminta untuk dilahirkan di dunia ini. Sebagian terjadi karena terkabulnya harapan kedua orang tuanya yang memohon dikaruniai anak, namun tak sedikit pula yang hadir hanya karena takdir memanggilnya. 

Lahir dan mati memiliki satu persamaan kondisi, yaitu keadaan dimana sejatinya kita hanyalah satu jiwa yang sendirian dalam menghadapi keduanya. Tidak ada yang berbeda dari keduanya, karena kita datang seorang diri, dan begitupun saat kita akan berpulang nanti. Namun, kotak labirin dunia ini menghadirkan banyak tokoh-tokoh dalam kehidupan kita. 

Sebagiannya si protagonis yang terdominasi sifat-sifat mulia, dan yang tak kalah jumlahnya adalah si antagonis, yang selalu menebarkan angkara murka. Semua bergantung pada berapa lama durasi hidup yang diberikan, dengan satu persamaan utuh tentang hak yang sama bagi keduanya untuk memilih bagaimana akan mengisi kehidupan ini. 

Konon, keterikatan atau attachment terhadap isi dunia ini termasuk orang-orang didalamnya memiliki efek samping yang sangat memabukkan. Ia akan membuat kita lalai, bahwa semua ini hanyalah pinjaman, dan tidak pernah benar-benar menjadi milik kita untuk dapat dikendalikan semaunya. Semesta punya caranya sendiri untuk memaksa kita tunduk, menjadi terhimpit atau justru tetap lapang.

Mengasuh diri sendiri dimulai dari melepaskan diri dari segala belenggu ketergantungan pada hal-hal diluar kendali kita, termasuk ketergantungan pada orang lain. Langkah pertama adalah dengan berhenti berekspektasi atau berharap lebih. 

Ekspektasi adalah candu yang membahayakan kesehatan jiwa, dan sebagian besarnya berisi delusi rasa bahagia yang sejatinya palsu. Saat diri ini jatuh, diri ini sendiri yang harus sigap menolong. Berhenti berharap akan ada pahlawan super yang akan datang membantu. Sebaliknya, tolonglah ia dengan membiarkannya menangis, dan ucapkan terima kasih atas usaha baiknya untuk mau mencoba. Demikian pula saat ia berhasil meraih sesuatu, kepadanyalah rasa terimakasih pertama kali harus diucapkan, dan apresiasi atas kegigihannya untuk terus berjuang.

Pelajaran penting kedua adalah berhenti membanding-bandingkan. Dunia memang diciptakan dalam bahasa pemrograman abstrak yang tidak akan pernah dapat dipahami oleh nalar kita, karena semesta mempunyai kalkulasinya sendiri. Oleh sebab itu, cara mengasuh diri yang sangat penting adalah dengan  berhenti membanding-bandingkan nasib. 

Selain kedua pelajaran tersebut, yang tak kalah penting adalah menerima kekurangan diri sendiri. 

Ia tidak pernah memilih untuk terlahir seperti ini, namun takdir hanya diberikan sesuai dengan jatahnya dalam hidup. Menerima kekurangan dilakukan diantaranya dengan mengakui kehadiran kekurangan itu sebagai bagian dari proses bertumbuh. Beberapa kekurangan mungkin dapat kita perbaiki, namun sebagian diantaranya memang ditakdirkan untuk tidak pernah bisa dirubah. 

Mengasuh diri juga dilakukan dengan berterimakasih dan memberikan waktu bagi diri kita untuk bertumbuh. Ia tidak akan sampai pada titik ini tanpa melewati berbagai gempuran, badai, derita, dan nestapa ujian hidup sebelumnya. Sejatinya ia tetap mau menemani raga kita untuk terus berjalan sangat jauh sampai detik ini, dan tetap setia menjalani setiap tantangan yang hadir. Ia bertahan, dan akan terus kokoh bertahan apabila kita bersedia untuk cukup rendah hati memberinya semangat dan kepercayaan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun