Hujan, hening, dan renung, menjadi saksi tumbuhnya damai dan tentram dalam relung. Sesekali, alam bercakap dalam bahasanya sendiri, lewat sepoi angin ia berinteraksi. Dalam dunia jiwa yang hening, telinga takzim mendengar, mata hati jarang nanar, membaca gerak dan menangkap makna irama dibalik satu peristiwa.
Introvert lekat dengan dunia yang jauh dari bising dan hingar. Ketenangan dan ruang sendiri adalah kunci, walaupun ramai isi kepala. Sudut pandangnya terhadap dunia cukup sederhana, walau pikiran dan hatinya rumit. Beberapa benang merah dari karakter introvert merujuk pada sumber energi yang berasal dari dalam diri sendiri.
Ruang sendiri, tempat mencerna semua peristiwa.Â
Kebutuhan primer sehari-hari seorang introvert adalah sebanyak mungkin personal space, kesempatan untuk masuk ke dalam kotaknya seorang diri, tanpa pertanyaan dan tanpa intervensi. Dalam kontemplasinya, ia akan lebih mudah untuk fokus mencerna segala sesuatu yang terjadi, menjernihkan air yang keruh, dan menatap lebih jelas pada kedalaman dan akar masalah yang sedang mendera. Ruang sendiri menyimpan charger energi para introverts. Comfort zone nya dapat berupa musik, film, hewan peliharaan, buku, hobi, hingga spot favorit untuk kabur dari keramaian.
Tidak latah sosial, hidup apa adanya.Â
Meskipun keramaian yang selalu bersanding adalah isi pikiran sendiri, introvert cenderung tidak menyukai inisiatif gaya hidup yang neko-neko. Gaya hidupnya seolah sudah memiliki ritme yang rutin, sehingga walaupun sesekali ingin mencoba keluar dari box nya untuk mengikuti tren-tren viral, pada akhirnya ia akan kembali lagi ke gaya hidup nyaman versinya sendiri. Saat diberikan ruang yang cukup untuk berkontemplasi dengan caranya, ia akan kembali feeling content, terisi kembali, dan optimis untuk melahap tantangan hidup.
Memerlukan skill berpura-pura.Â
Meskipun kelelahan, introverts memahami bahwa ia memerlukan skill berpura-pura untuk bertahan menghadapi hari-harinya. Sejatinya, ia tidak menyukai kepura-puraan dan kepalsuan atau fakeness. Namun, dalam dunia yang dikuasai oleh orang-orang extrovert, tentu saja introvert memerlukan penyesuaian, yaitu dengan melatih diri dalam bersikap. For sure, dalam konteks kehidupan profesional, sulit bagi introverts untuk sepenuhnya bisa menjadi diri sendiri. Hal ini yang membuat mereka kerap dianggap anti sosial. Itulah mengapa ia butuh sedikit berpura-pura dengan cara keluar dari kotak, dan melakukan penyesuaian untuk bersikap proper dan seimbang, tanpa harus merasa exhausted dan collapse setiap harinya.
Strategic thinker.Â
Introvert menyukai proses berpikir dalam ketenangan, sehingga ia memiliki kelebihan pada terjaganya fokus dan terhindar dari distraksi. Hal ini membuatnya nyaman berpikir lebih dalam dan kritis, yang biasanya muncul dengan cara berpikir yang strategis dan terukur. Tentu, hal ini memiliki dampak pada pengambilan keputusannya yang cenderung lebih lambat.  Namun, biasanya keputusan final yang mereka ambil telah melalui proses critical and analytical thinking yang panjang dan matang, sehingga langkah yang diambil tidak serampangan maupun merepotkannya kembali dikemudian hari dengan membuat energinya terkuras.Â
Sederhana namun rumit, rumit namun apa adanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H