Mohon tunggu...
Millah Nur Chanifah
Millah Nur Chanifah Mohon Tunggu... Lainnya - learner

Compilation of thought

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Sandwich Generation pada Waktunya

24 Januari 2024   13:57 Diperbarui: 24 Januari 2024   14:21 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saat berhasil duduk dibangku kuliah pertama kalinya, kuyakini kelak aku akan menjadi anak sukses yang membanggakan orang tua. Ku geber diriku dengan berbagai pengalaman. Tak sia-sia, setelah lulus aku berhasil menggaet posisi desainer grafis di Startup Decacorn. 3 tahun waktu berjalan, Renung pun datang melamar dan tabungan yang kami sisihkan rupiah demi rupiah akhirnya terkumpul untuk naik ke pelaminan. Aku menyadari Tuhan menyayangi kami dan kemudian  mengirimkan seorang malaikat kecil dalam rumah tangga ini. Entah imbas postpartum syndrome atau apakah ini, Mar. Menghidupi dapur ayah ibu, membiayai pendidikan adik-adik Renung dan kebutuhan bayi kami sendiri ternyata menjadi momok yang menghantui setiap saat.  Mar, apakah ini harga yang harus ditebus untuk membahagiakan orang-orang tercinta?" Tulis Kinan dalam sepucuk surat curhat yang ia kirim untuk Marni, sahabat lamanya.

Layaknya Kinan, fenomena menjadi  Generasi Sandwich ternyata dialami pula oleh 49% masyarakat  usia produktif di Indonesia. Rekaman sensus dilakukan oleh CNBC Indonesia kepada responden dengan rentang usia 25 sampai 45 tahun. Detail tersebut menjelaskan bahwa hanya ada 13,4 % orang yang memiliki kesiapan finansial baik pemenuhan kebutuhan pokok, tabungan, hingga investasi.

Realitas yang dialami sandwich generation memaksa mereka membayar billing kebutuhan diri mereka sendiri, keluarga kecil, serta keluarga besarnya, sehingga ia terhimpit dari atas dan bawah. Tekanan yang dialami terus menerus dalam waktu yang berkelanjutan tentulah memiliki efek samping bagi kesehatan diri maupun mental. Tak terbantahkan, burnout, gangguan kecemasan, ketidakstabilan emosi, hingga efeknya pada fisik seperti gejala psikosomatik kerap kali datang silih berganti.

Fenomena sandwich generation ini memungkinkan kita untuk melihat dari dua sudut pandang, yaitu finansial dan psikologis. Solusi menghadapinya pun memerlukan respon dari kedua angle tersebut.

Merujuk pada studi financial post, secara psikologis, respon emosional dari generasi sandwich muncul lewat beberapa tahapan. Pertama adalah fase penolakan terhadap realitas atau denial. Di fase ini gejala yang muncul seperti perasaan tidak siap atau ada sesuatu yang salah. Setelah itu muncul fase kemarahan atas takdir yang terjadi, bahkan puncaknya bisa merasa depresi. Biasanya setelah berhasil melewati depresi, barulah seseorang masuk ke fase acceptance alias menerima keadaan hingga berlanjut pada kemunculan mindfulness untuk merencanakan strategi kedepannya. Upaya yang dapat membantu secara emosional diantaranya dengan memberikan self compassion atau mengasihani dan mempercayai kekuatan diri sendiri. 

Menjadi generasi yang terhimpit pastilah berat. Disisi lain,  kondisi tersebut bisa dipandang sebagai kebaikan yang sebetulnya sedang kita semai sebagai investasi yang pastinya akan kembali lagi pada kita di masa depan. Selain itu, upayakan untuk selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri. Bagaimanapun, rantai kehidupan akan berjalan saat diri kita yang menjadi tumpuan dalam kondisi sehat. Kunci berikutnya adalah komunikasi. Sangat penting untuk membicarakan permasalahan tersebut dan terbuka pada keluarga serta diperlukan untuk membicarakan tentang pembagian peran antar anak.

Secara finansial,  media Kementerian Keuangan memberikan tips utama yang dapat dilakukan adalah untuk melakukan pemisahan anggaran dan budgeting antara anggaran pribadi dan anggaran untuk orang tua. Financial adviser juga menyarankan penerapan strategi 50-30-20, yaitu 50% kebutuhan, 30 % keinginan sekunder termasuk keluarga, serta  20% tabungan dan investasi. Mempertimbangkan side hustle atau tambahan penghasilan juga menjadi rekomendasi para ahli.

Kesulitan dalam fase sandwich generation mungkin memerlukan penyesuaian waktu yang lama. Konon, semua orang akan menjadi sandwich generation pada masanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun