Lima belas tahun yang lalu, Kinan selalu menghabiskan terik hari bersama karib sebayanya di pinggir hamparan sawah Desa Malaka. Hidup dimasa itu hanya soal rencana petualangan mereka menyusuri anak sungai dan pematang sawah. Dia ingat saat itu ketakutan terbesarnya hanyalah tumpukan PR dan guru matematika yang galak.Â
Sesekali dihari minggu, momen yang ditunggu datang saat ayah mengajaknya ke pasar ibukota menemui tengkulak gerabah berbelanja stok dagangan toko kelontong. Itulah kali pertama dia bermimpi untuk menaklukkan ibukota.Â
Kini diusia 25 tahun, Kinan berhasil menamatkan gelar sarjananya, kesempatan langka bagi segelintir warga kampungnya untuk dapat mencicipi bangku kuliah di ibukota. Keberhasilannya berlanjut dalam karir startup Unicorn nya yang mulai merangkak naik, bahkan menjadi dream job bagi sebagian gen Z.Â
Berkebalikan dengan pencapaiannya, deep inside, benteng pertahanan Kinan hari-hari ini mulai tergempur stress dan berbagai tekanan hidup dan pekerjaan, fase kebingungan, kecemasan akan masa depan, perasaan sendirian, kompleksitas karir dan personal dan pencarian jati diri, sebuah fase yang ramai disebut orang-orang sebagai Quarter Life Crisis.
Kisah Kinan mungkin juga dialami oleh banyak orang yang kini menghadapi quarter life crisis. Tak dapat dihindari, grafik pertambahan usia seseorang biasanya berjalan beriringan dengan kompleksitas permasalahan hidup yang harus ditanggung. Semakin kompleks permasalahan, semakin besar energi yang diperlukan untuk menyelesaikannya.Â
Semakin terkuras energi, semakin mencari replacement atau fulfillment energi dari rasa stress dan tekanan yang konstan terjadi. Belakangan, isu kesehatan mental atau mental health juga kian banyak menyita perhatian. "Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022 bahkan mencatat ada 15,5 juta remaja di Indonesia mengalami masalah mental dan 2,5 juta mengalami gangguan mental. Namun baru 2,6 persennya yang mengakses bantuan profesional".
Semakin kompleks masalah kesehatan mental, kini salah satu berkat yang kemudian menjadi istimewa adalah ketenangan jiwa. Meraih ketenangan jiwa adalah perjalanan yang panjang. Namun, nyatanya hal tersebut dapat diupayakan. Lalu apa yang dapat diupayakan untuk membangun ketenangan jiwa untuk menjadi resolusi tahun 2024?
1. Mental Decluttering
Decluttering merupakan upaya menyingkirkan sesuatu yang tidak perlu. Hal realistis yang bisa dilakukan adalah menerapkan teori dikotomi kendali dalam soticism, yaitu bahwa didunia ini memang dibagi menjadi sesuatu yang ada dibawah kendali kita dan sisanya justru tidak bisa kita kendalikan. Melakukan mental decluttering yang konsisten akan melatih otot pikiran kita untuk memisahkan segala sesuatu menjadi dua box dikotomi kendali karena memang ada banyak hal didunia ini yang harus diabaikan.
2. Memperbaiki Nutrisi, Tidur, dan OlahragaÂ