Mohon tunggu...
Fariz Adhyaksa
Fariz Adhyaksa Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan untuk kritik dan saran dari Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Muhammad Fariz Adhyaksa Ramadhan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2019 Businessman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perang Konvoi Ciranjang (Kab. Cianjur) 1946 "The Java War"

26 September 2022   01:21 Diperbarui: 26 September 2022   01:23 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cianjur, Ciranjang, 7 Maret 2018

Pada masa Revolusi Kemerdekaan, Masyarakat Jawa Barat yang selama masa kolonial terjerembab di lapisan terbawah strata sosial secara serta merta menjadi manusia kelas wahid. Mereka pun terpanggil untuk berhimpun dalam sejumlah kelompok kelaskaran, di luar lembaga keamanan resmi bentukan pemerintah. Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai organ resmi pertahanan negara baru terbentuk.

Kontak pihak Sekutu dengan Indonesia pertama kali terjadi pada 8 September 1945, dengan kedatangan satu rombongan misi intelejen Sekutu. Mereka terdiri dari 7 orang Perwira Sekutu di bawah pimpimnan Mayor A.G. Greenhalgh. Pemerintah Indonesia tidak mempunyai alasan untuk menolak kedatangan mereka, sehubungan dengan tugas Sekutu untuk menjalankan misi Internasional yaitu melucuti serta memulangkan balatentara Jepang, dan mengirimkan perbekalan (Logistik) serta memulangkan tawanan perang dan interniran atau Allied Prisoners of War and Interness (APWI).

Pertempuran hebat pada masa Revolusi Kemerdekaan yang pernah terjadi di front Jawa Barat yang saat ini banyak dilupakan adalah perang konvoi Ciranjang tahun 1946 melawan Sekutu. Pertempuran ini terjadi disemua daerah yang dilewati oleh sekutu yaitu melalui daerah Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung. Perang ini disebut sebagai perang konvoi atau "The Java War" yang ditulis oleh penulis sejarah militer Inggris Kolonel Doulton dalam The Fighting Cock, inti dari Perang Konvoi adalah pengalaman tempur yang dasyhat dan berkesan bagi pihak militer Inggris. Perang ini terjadi diawali dengan sikap Sekutu yang melanggar kesepakatan dengan Pemerintahan Republik Indonesia yaitu Sekutu beberapa kali mengirimkan perbekalan (Logistik) untuk tawanan Interniran ke Bandung secara diam-diam dengan melakukan konvoi tanpa melibatkan pihak TKR yang dianggap meremehkan Republik ini yang menjadi awal rentetan heroik.

Kontak pihak Sekutu dengan Indonesia pertama kali terjadi pada 8 September 1945, dengan kedatangan satu rombongan misi intelejen Sekutu. Mereka terdiri dari 7 orang Perwira Sekutu di bawah pimpimnan Mayor A.G. Greenhalgh. Pemerintah Indonesia tidak mempunyai alasan untuk menolak kedatangan mereka, sehubungan dengan tugas Sekutu untuk menjalankan misi Internasional yaitu melucuti serta memulangkan balatentara Jepang, dan mengirimkan perbekalan (Logistik) serta memulangkan tawanan perang dan interniran atau Allied Prisoners of War and Interness (APWI).

Pada awalnya Sekutu telah melakukan perundingan dan menyepakati pendampingan misi AFNEI (Allied Forces Netherland East Indie) oleh pasukan keamanan rakyat atau TKR dengan Pemerintah Republik di bawah Perdana Menteri Sutan Syahrir, yang pada akhirnya Sekutu melanggarnya. Sekutu melakukan konvoi dengan membawa 150 kendaraan yaitu tank Sherman, truck, panser Wagon, dan bren carrier yang di hadang oleh pasukan TKR dan Laskar hizbullah dengan senjata granat, senapan, ketapel, panah, dan bom molotov pejuang Republik berhadapan dengan Sekutu dari Jakarta secara frontal.

Akhir dari perang konvoi Ciranjang ini meninggalkan bukti sejarah salah satunya tugu perjuangan yang diberada dipinggir jalan raya Ciranjang yang terdapat jembatan sungai Cisokan, dan benteng yang terbuat dari urugan tanah di Kampung Pasanggrahan. Namun sekarang nyaris terlupakan anak bangsa khususnya warga Ciranjang. Hingga disekitar lokasi tugu perjuangan terlihat kusam dipenuhi tumbuh-tumbuhan dan tanaman liar dan terkesan tidak terurus. Tidak hanya itu saja, masih banyak warga Ciranjang yang tidak mengetahui kronologis sejarah adanya tugu perjuangan yang setinggi orang dewasa. Padahal dalam prasastinya tertuliskan, "Peristiwa Pertempuran Pasukan Banteng/Polri Hisbullah Sabilillah Rakjat lawan Tentara Inggeris Bulan April 1946".

ssan-2-63309adc08a8b56fd6430062.jpeg
ssan-2-63309adc08a8b56fd6430062.jpeg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun