Mohon tunggu...
Fransiskus MKowa
Fransiskus MKowa Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati Masalah Sosial Politik

sekarang sedang menjadi salah satu staf pengajar di SMK Stella Maris Labuan Bajo

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu Kata(mu)

14 Februari 2020   19:54 Diperbarui: 14 Februari 2020   22:03 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu???? Kapan engkau mereguh katamu ke dalam jiwa?? Seandainya rindu  berakhir dan terbatas, akan kuselip kata ini untukmu. Satu sajak 'cukup satu", aku rindu katamu. Siang tak lagi berulah kalau kata (mu) ada dalam (ku). Pagi itu, kutatap wajahmu berkerut di dahimu. Kau beban tak berujung. Ada apa pada (mu)?? Kata (mu) sesejuk hawa gunung "meratap dalam ruang ini". Ahh.....aku rindu kata (mu). Tak habis aku ingin mereguh kata (mu). Di lubuk hati, ada kata yang selalu kurindu. Satu!! "kata (mu)".

Kata (mu) tak mati. Ia hidup. Seperti rindu yang selalu berkobar, kata (mu) juga ada rindu.  Ada kobaran dalam kata (mu). Kata (mu) membara dalam jiwaku. Buu?? Kalau kata (mu) hidup, mengapa ada beban di keningmu. Kata (mu) hidup. Tak bisa kah rindu selalu ada pada kata (mu). Apakah harus kutanyakan pada hujan?? Kata (mu) hujan itu rindu. Di ujung  pulau ini akan kutitip rindu untukmu. "aku rindu kata (mu)". Bersama hujan, kubawa rindu ini dalam untaian kata sujudku. Tapi, rindu ini terlalu kuat menarik kata (mu). Kuingin dengar sajak kata (mu). Sekali saja "aku ingin mendengar kata (mu)".

Sejak kapan sajakmu berhenti dalam waktu?? Tak bisa kupikir, kata (mu) tak harus beristirahat. Katamu "kata (ku) tak mampu mengubahmu. Tak harus kau berharap pada kata(ku). Aku butuh sendiri dalam kata. Tak mungkin kata(ku) terucap jika engkau merindu di ujung pulau. " Ahhh....lagii ini tak benar. Aku tetap rindu kata (mu). Ada rindu dalam kata (mu). Kuingin sekali dan berkali mendengar kata (mu). Tak mungkin, aku mampu berkata jika kata (mu) tak ada untukku.

Di ujung pulau ini, kuingin sajak kata (mu). Kau tau, kenapa kurindu?? Kata (mu) hidup dalam bilik jiwaku. Seolah kau tak pernah sadar kalau kata (mu) pernah dan selalu hadir dalam ruang ini. Sekali saja kata (mu) bersajak "itu puisi untukku". Puisi yang pernah kau tulis untukku. Indah dan menyentuh kedalaman jiwaku. Lubuk ini tak mampu lagi menahan rindu. Aku rindu kata (mu).

Di atas pasir pernah kau tulis "hidupmu ada di dalam kataku. Kau tak bisa berhenti berharap sejauh kataku hidup untukmu". Ibu aku merindukan kata (mu). Di atas pusaran rindu kuselip doa untukmu. Di dalam rumahmu yang baru kutitip air mataku untukmu. Aku merindukanmu ibu. Tidurlah dengan tenang. Jangan bawa pergi kata (mu). Biarlah kata (mu) selalu ada untukku. Kau pergi bersama waktu. Biar waktu hadir bersamaku dalam kata (mu).

Nak pulanglah. Pulanglah. Kata(ku) ada dalam kata(mu). Biar kata ini menjadi sajak puisi yang pernah kutulis untukmu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun