Dalam berbagai hasil rilis jajak pendapat yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey, tingkat popularitas Eri Cahyadi dan Armudji masih kalah tipis dibandingkan dengan Machfud Arifin - Mujiaman.
Bahkan dalam survey terakhir yang dirilis oleh Poltracking pada awal bulan November lalu, tingkat keterpilihan Paslon Walikota dipegang oleh Machfud Arifin - Mujiaman sebesar 51,7%, sedangkan Eri Cahyadi - Armudji mendapat 34,1%.
Rilis hasil survei ini kemudian membuat tim pemenangan pasangan calon nomor urut 01 bergerak cepat. Demi memuluskan Eri Cahyadi - Armudji menjadi pemimpin Surabaya, Hasto Kristiyanto dan Puti Guntur Soekarno sampai turun gunung membantu pemenangan di Pilwali kali ini.Â
Dalam pertemuan konsolidasi pemenangan di Hotel Grand Mercure pada Senin (16/11), Ketua DPC PDIP Surabaya juga menunjuk Wisnu Sakti Buana sebagai panglima perang untuk memenangkan Eri Cahyadi - Armudji.
Banyak sebagian pengamat politik yang mengatakan bahwa respons yang di berikan oleh Tim Pemenangan ErJi dinilai berlebihan. Langkah yang diambil ini kemudian memunculkan spekulasi bahwa Tim Pemenangan ErJi ini takut kalau suaranya akan berkurang, dimana disaat yang sama banyak masyarakat yang sudah solid untuk mendukung pesaingnya. Bahkan dalam tubuh internal partai, sudah tercium adanya perbedaan suara.
Menurut pengamat, secara head to head memang Eri Cahyadi masih kalah jauh dari Machfud Arifin. Selama di instansi kepolisian, Machfud Arifin sudah berpengalaman dalam mengelola birokrasi, sedangkan Eri Cahyadi tidak terlalu menonjol dalam mengurus pemerintahan Surabaya. Dalam jabatannya sebagai kepala Bappeko, kinerja Eri Cahyadi juga tidak terlalu menonjol.
Nama Eri Cahyadi saat ini menjadi ajang pembuktian. Sebagai kader partai yang masih baru, Eri Cahyadi dituntut untuk bisa meneruskan tren keberhasilan Risma dan melanggengkan kekuasaan PDIP di Surabaya.Â
Dengan jargon "meneruskan kebaikan", Eri Cahyadi muncul sebagai representasi The New Risma yang akan melanjutkan tren positif program serta kebijakan yang di buat oleh Risma.
Namun dalam kenyataannya, tagline yang diusung oleh ErJi nampaknya kurang di sambut positif di kalangan masyarakat Surabaya. Banyak yang menganggap bahwa Eri Cahyadi dan Armudji sebagai boneka PDIP. Mereka menganggap Eri Cahyadi dan Armudji tidak punya cukup kompetensi dan kapabilitas untuk memimpin Surabaya.
Selain itu, permasalahan di internal partai juga menjadi bumbu persaingan di Pilwali. Sejak DPP menunjuk Eri Cahyadi dan Armudji menjadi Calon Walikota dan Wakil Walikota Surabaya, internal partai mulai goyah.Â