Mohon tunggu...
Milda
Milda Mohon Tunggu... Pelajar -

Akulah pengagum dari kegelapan yang amat butuh dirimu sebagai penerang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi| Luluh

23 Desember 2018   12:11 Diperbarui: 23 Desember 2018   12:35 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Didaun yang mulai mengatup
Disitulah air itu mengalir lembut
Ia air hujan sisa semalam
Mereka jatuh bersama air mataku
Mata sembab dan pipi lembab
Itulah yang ia tinggalkan
Aku tertenggun
Semua ini adalah ulahku
Aku sangat bodoh
Mudah tertipu olehmu
Awalnya kukira kau juga sama rasa
Ternyata kau hanya berpura
Setidaknya jangan pernah menatap
Bila tak ada niat untuk menetap
Segenap rasaku pun mulai luluh lantah
Begitu saja, akibat rayumu
Asal kau tahu
Aku bukanlah kelinci percobaan
Sudahlah kupersilahkan kau pergi
Aku baru tau bahwa semuanya
Hanya menjadi boomerang bagiku
Sangat pedih dan pedih sekali
Bahkan aku pun tak sanggup meredam

Muara Jawa: 23 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun