Mohon tunggu...
Mild-eye
Mild-eye Mohon Tunggu... -

hanya rakyat jelata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kastengels dan Iming-iming Kenaikan Gaji Pegawai

23 Juli 2014   21:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:26 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah berbuka puasa, saya dan Ibu saya yang sudah berencana membuat kue kering kastengel untuk lebaran segera menyiapkan bahan-bahan. Ini merupakan percobaan membuat kastengel kedua setelah percobaan yang pertama dulu berakhir gagal. sambil membuat adonan kue dan asik menata-nata keju diatas kuenya, kami di depan TV sambil menunggu hasil keputusan KPU malam itu.

Saya adalah satu-satunya anggota keluarga yang tidak mencoblos capres-cawapres pilihan ayah dan ibu saya. Saya ingat ketika saya dan ayah saya beradu hebat hanya gara-gara kami masing-masing beropini tentang hasil quick count, yang berakhir pada... yah tidak usah diceritakan, masih sakit hati deh saya kalau cerita hihi~ tapi ya intinya sampai sekarang saya dan Ayah saya tidak banyak saling bicara lagi sejak kejadian itu. (Jahat ya pilpres kali ini sampai bikin anak dan ayah berantem hiks)

Ibu yang saat itu memilih capres-cawapres nomer urut 1 sebenarnya sudah tahu kalau pasangan nomer urut 2 lah yang akan menang pada pengumuman hasil akhir rekapitulasi KPU. Beliau meski mengakui tapi rupanya masih kemakan opini-opini pembelaan Prabowo, menyalahkan KPU yang kurang adil dan katanya tidak merespon bawaslu yang meminta diadakan pencoblosan ulang di lima ribu sekian TPS di Jakarta.

Celoteh tiba-tiba keluar dari sang Ibu, "Yah, kalau Pak Jokowi Presidennya, nanti gaji papah sama mbak XXX (kakak saya) tidak jadi naik donk, kan kalau Prabowo Presidennya, gaji PNS naik"

Lalu saya berhenti menata kue...

Saya berhenti dan cuma diam saja...

hening...

Saya berfikir, jadi ini alasan kenapa keluarga saya yang kebanyakan PNS (saya bukan PNS) memilih Prabowo? Hanya masalah iming-iming gaji?

timbul dalam benak saya pertanyaan lain

"Kok sedangkal itu pemikirannya?"

Saya merasa, gaji naik atau tidak naik itu tergantung dari kinerja. Tidak bisa donk, mentang-mentang PNS, tapi kerjanya hanya datang absen minum teh baca koran absen lagi makan siang lalu ngobrol lalu pulang lagi digaji tinggi. Lalu bagaiman dengan pegawai-pegawai perusahaan biasa yang bekerja mungkin 2x lebih keras tapi gajinya nggak bisa selevel PNS?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun