Mohon tunggu...
milatul khasanah
milatul khasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Baca novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Sikap Insecure Berakibat Stres pada Lingkup Mahasiswa

17 Juni 2023   10:04 Diperbarui: 17 Juni 2023   10:32 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak Sikap Insecure Berakibat Stres Pada Lingkup Mahasiswa

Dalam menjalani kehidupan, individu akan dihadapi berbagai tugas dan tanggung jawab baru. Begitu halnya pada masa dewasa awal. Dalam teorinya, Santrock (2011) mengungkapkan bahwa tahap ini merupakan masa individu beradaptasi terhadap transisi dari remaja menjadi dewasa yang dihadapkan dengan tugas-tugas baru seperti menemukan pasangan hidup, belajar untuk hidup dengan pasangan dan membina keluarga, mengasuh dan mendidik anak-anak, menjadi anggota dalam kelompok masyarakat dan menerima tanggung jawab sebagai warga negara, membangun relasi dalam lingkungan sosial, serta mendapatkan dan melakukan pekerjaan. Pada tahap ini, individu juga menjalankan perannya masingmasing dan salah satunya menjadi mahasiswa yang memasuki dunia perkuliahan. Kondisi atau lingkungan yang baru ini dapat menimbulkan kecemasan bagi sebagian orang. Pengalaman memasuki lingkungan perguruan tinggi sebagai situasi dan lingkungan baru yang tidak mereka kenal menuntut mahasiswa untuk belajar mengontrol dan menyesuaikan diri dengan harapan akademis yang dapat memicu terjadinya krisis dalam diri mereka (Ender & Newton, 2000 dalam Dewayani, Sukarlan, & Turnip, 2011). Krisis ini nantinya dapat mengganggu kesehatan individu yang salah satunya adalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental yang umum ditemukan pada mahasiswa yaitu adalah stress. Selye memperkenalkan konsep eustres dan distress untuk menunjukkan berbagai respon dari stress (Kupriyanov & Zhdanov, 2014). Lazarus menjelaskan bahwa eustres adalah respon kognitif positif terhadap stressor dan berkaitan dengan perasaan positif maupun kesehatan fisik, sedangkan distress merupakan stress berat yang berkaitan dengan perasaan negatif dan gangguan fisik (Kupriyanov & Zhdanov, 2014). Salah satu tipe dari distres adalah psychological distress atau tekanan psikologis. Psychological distress semakin diakui sebagai masalah di kalangan mahasiswa di seluruh dunia. Artikel penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah psikologis yang terjadi pada mahasiswa baru akibat insecure selama perkuliahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah psikologis yang terjadi pada mahasiswa baru akibat rasa insecure selama perkuliahan. Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur. Penelitian ini diangkat dari gejala-gejala dan permasalahan psikologis yang dialami sebagian besar mahasiswa bersama pengamatan penulis terhadap apa yang dialami oleh lingkungan perkuliahan di sekitar penulis. Sehingga penulis dapat menemukan permasalahan yang ada, menghubungkannya, dan menganalisis problematika yang sedang terjadi. Tujuan dari penelitian ini juga untuk mengkaji lebih dalam tentang sikap insecure sehingga lebih mengetahui mengenai dampak insecure berakibat stress di dalam lingkup mahasiswa.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Stallman (2010) pada mahasiswa dari dua universitas besar di Australia menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki prevalensi distres yang lebih tinggi secara signifikan (skor: 16-50) dan distres yang sangat tinggi (skor: 30-50) dibandingkan komunitas sebaya lain (84% vs 29% dan 19% vs 3%, masing-masing). Taylor, dkk. (2009) (dalam Sharp & Theiler, 2018) juga menemukan 39% siswa yang dijadikan sampel di Universitas Kanada mengalami gejala tekanan psikologis dengan menggunakan General Health Questionnaire untuk pengambilan datanya. Adapun penelitian lain yang dilakukan Bewick, Gill, Mulhern, Barkham, & Hill (2008) dengan menggunakan survei berbasis web untuk memastikan tingkat tekanan psikologis di antara 1.129 mahasiswa dari empat universitas di Inggris, ditemukan 29% siswa melaporkan tingkat klinis dari tekanan psikologis. Masalah mahasiswa dengan tekanan psikologis tidak hanya terjadi di Amerika, Australia atau negara lainnnya, tetapi juga di Indonesia. Dalam artikel yang diterbitkan oleh SATUNAMA pada Oktober 2019 menyebutkan bahwa hasil survey yang dilakukan oleh psikiater RS Hasan Sadikin Bandung dr. Teddy Hidayat Sp. KJ (K) menunjukkan hasil 30,5% mahasiswa di Bandung mengalami depresi, 20% berpikir untuk bunuh diri, serta 6% lagi sudah melakukan percobaan bunuh diri (Hastanto, 2019). Sumber : Data Primer yang diolah, Januari 2022 

Individu akan dihadapi berbagai tugas dan tanggung jawab baru. Begitu halnya pada masa dewasa awal. Dalam teorinya, Santrock (2011) mengungkapkan bahwa tahap ini merupakan masa individu beradaptasi terhadap transisi dari remaja menjadi dewasa yang dihadapkan dengan tugas-tugas baru seperti menemukan pasangan hidup, belajar untuk hidup dengan pasangan dan membina keluarga, mengasuh dan mendidik anak-anak, menjadi anggota dalam kelompok masyarakat dan menerima tanggung jawab sebagai warga negara, membangun relasi dalam lingkungan sosial, serta mendapatkan dan melakukan pekerjaan. Pada tahap ini, individu juga menjalankan perannya masingmasing dan salah satunya menjadi mahasiswa yang memasuki dunia perkuliahan. Kondisi atau lingkungan yang baru ini dapat menimbulkan kecemasan bagi sebagian orang. Pengalaman memasuki lingkungan perguruan tinggi sebagai situasi dan lingkungan baru yang tidak mereka kenal menuntut mahasiswa untuk belajar mengontrol dan menyesuaikan diri dengan harapan akademis yang dapat memicu terjadinya krisis dalam diri mereka (Ender & Newton, 2000 dalam Dewayani, Sukarlan, & Turnip, 2011). Krisis ini nantinya dapat mengganggu kesehatan individu yang salah satunya adalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental yang umum ditemukan pada mahasiswa yaitu adalah stress. Diperlukan motivasi serta dukungan psikologis agar mahasiswa mampu menjalani kehidupan perkuliahan dengan penuh semangat. Peran lingkungan keluarga sangat membantu mahasiswa baru yang mengalami insecure agar mahasiswa merasa berharga dan merasa masih banyak orang yang peduli padanya. memperbaiki pola dalam berpikir juga menjadi alasan pada mahasiswa baru dalam merepons segala hal yang terjadi dalam kehidupannya. Siap menerima perubahan dan mensyukuri apa yang terjadi menjadi salah satu kunci dalam kehidupan yang bahagia sebagai seorang mahasiswa.

Fenomena insecure ini banyak dijumpai pada kalangan masyarakat terutama pada lingkungan mahasiswa terutama pada tampilan fisik, selain itu efek dari insecure ini dapat menyebabkan adanya gangguan paranoid, gangguan makan, depresi, dan masalah dalam. Dalam hal ini dapat dikategorikan dalam perbandingan perasaan cemas ataupun was-was ketika adanya perasaan kurang percaya diri. Dari beberapa wawancara yang dilkaukan dengan cara berkomunikasi melalui WhatsApp menyatakan bahwa sikap insecure ini juga ada pengaruhnya dari media sosial, media sosial memiliki pengaruh negative dimana seseorang akan membanding-bandingkan dirinya yang memicu timbulnya rasa insecure. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun