Mohon tunggu...
Miftach Salim
Miftach Salim Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Content Writer, A Student, Coffee addicted

Mahasiswa biasa di salah satu kampus negeri di Surabaya. Menulis untuk berbagi ide, Twitter : @miftachsalim IG : https://www.instagram.com/miftachsalim/ for Bussiness : Miftachsalimppns@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hustle Culture, Sebuah Utas dari Opini Mbak Gita Savitri Devi

4 Mei 2020   08:45 Diperbarui: 4 Mei 2020   09:01 2246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Orang -- orang dengan mindset hustle culture ini beranggapan bahwa semakin lama waktu kerja maka akan semakin sukses mereka. Padahal kenyataannya hanya segelintir orang yang benar -- benar sukses karena bekerja keras. Sukses dalam hal ini adalah kesuksesan finansial. 

Kebanyakan orang sukses di dunia ini adalah bos -- bos pemilik jaringan bisnis, penguasa dan orang -- orang yang sedkit bekerja. Orang -- orang ini mengatur dan mempekerjakan orang lain/ mesin untuk mendapatkan pasif income.

Pemilik perusahaan contohnya, berapa jam mereka harus bekerja? Berapa lama harus di kantor? Jam berapa harus masuk kantor.? Bandingkan dengan para karyawan yang harus bekerja 8 jam tiap senin -- jumat bahkan di beberapa kantor sampai sabtu, ini belum termasuk lembur. Kemudian siapa orang yang paling mendapatkan keuntungan, ya tentu bos lah

Atau pemilik perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan bantuan mesin mesin otomatis yang sudah terintegrasi dengan internet. Istilahnya industri seperti ini adalah industri 4.0 dimana semua serba otomatis dan terhubunga dengan jaringan internet untuk dapat beroperasi. 

Berapa milyar yang ia dapat per bulan jika yang diproduksi dalam perusahaannya adalah mobil, contohnya. Pemilik bisnis ini hanya memikirkan update soft ware dan perawatan mesin otomatisnya. Ia bahkan tidak akan menggaji mesin -- mesin ini. 

Cukup diberikan aliran listrik dan mereka jalan. Untuk mengontrol mesin mungkin dibutuhkan beberapa orang IT, tapi karyawan pemilik bisnis ini relatif lebih kecil kan.

Orang orang dengan budaya Hustle / Hustle culture menganggap bahwa dengan bekerja dalam waktu yang lama maka produktifitas mereka akan meningkat. 

Padahal bukan seperti itu, saya setuju dengan pendapat mbak gita kalau kita itu udah kaya money slave di era neo kapitalis dimana orang -- orang mengganti waktunya hanya demi uang. Dan pada akhirnya banyak hal yang harus mereka korbankan. Mbak gita menjelaskan bahwa anggapan orang dengan budaya hustle ini salah. Produktifitas tidak tergantung pada jam kerja seseorang.

Produktifitas adalah perbandingan jumlah output dan input. Produktifitas dikatakan besar jika Output besar dengan input kecil.

Memang tidak semua pekerjaan bisa dilakukan dengan jam kerja kecil. Akan tetapi dalam Opini mbak gita kita ini disadarkan bahwa over work itu nggak baik dan juga nggak produktif. Di beberapa negara seperti Finlandia mereka menerapkan working less (bekerja dengan mengurangi jam kerja ) dan hasilnya produktifitas di negara itu menjadi lebih tinggi daripada bekerja dalam waktu normal.

So, workaholic, Money is not everything because we live in this world not to search money. But we live in this world to worsip to Allah SWT. Do not forget to pray, Your life is important, Your health is very expensive. Do not sell your health to make money.  Chasing afterlife and the world will follow.
Dibawah ini adalah video mbak gita tentang Hustle culture

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun