Mohon tunggu...
Miftach Salim
Miftach Salim Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Content Writer, A Student, Coffee addicted

Mahasiswa biasa di salah satu kampus negeri di Surabaya. Menulis untuk berbagi ide, Twitter : @miftachsalim IG : https://www.instagram.com/miftachsalim/ for Bussiness : Miftachsalimppns@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secangkir Kopi Inspirasi Warkop Mak, Surabaya

10 November 2019   09:50 Diperbarui: 10 November 2019   09:54 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: footbal-tribe.com

Mulut terasa pahit saat bangun. Kamar tidur terasa panas diiringi sinar matahari yang beranjak menuju ke atas cakrawala. Inspirasi yang kosong membuat tatapan mata ke depan tanpa arti. Dengan segenap tenaga tersisa di diri. Dikumpulkan dulu untuk digunakan sebagai lokomotif penggerak ke sebuah warung kecil penuh inspirasi, Khas warung indonesia. Diawali dengan niat mencari inspirasi, akhirnya berangkatlah langkah kaki menuju warkop mak. Tidak jauh dari Kampus tercinta Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya(PPNS). Kampus yang terletak di dalam Institut Teknologi Sepuluh November.(ITS).

Berjalan ke warkop mak karena jaraknya memang sangat pendek, hanya 50 meter dari kos. Terlihat bang Aziz sedang meramu teh dan secangkir kopi bersamaan. Saya menebak kopi yang diraciknya itu merk ABC dari tampilan fisiknya. Suasana orang ngopi yang santai dan ramai terlihat di warung kopi kecil itu. Kukeluarkan Gadget kesayangan Si omay dan Headset. Kulihat macam - macam sachet pengisi inspirasi pagi. Ditemani kepulan asap tembakau Indonesia yang mendunia, Surya Gudang garam. Setelah itu kutunjuk salah satu sachet, " Kopi abc susu" kataku. Ya, itu salah satu kopi favorit saat ngopi di waarkop emak.

Dengan segera diguntingnya sachet itu. Dengan keahlian menjadi Bartender di warungnya sendiri, ia mulai meracik kopi itu dengan tangan yang menari di atas sendok putih. Pemandangan yang selalu kuperhatikan karena sangat menyenangkan ketika melihat penjual  makanan dan minuman meramu jualannya. Seperti setiap meracik selalu ada yang berbeda tiap penjual. Kamu tau, seperti ada seninya sendiri - sendiri. Aku tidak bisa memberi tolak ukur para peracik kopi tradisional ini dengan para peracik kopi di kafe - kafe mahal sepertii Kopi kenangan, Janji Jiwa, Starbuck dan excelso. Peracikan antara 2 bartender beda kelas ini tentu sangat berbeda karena peralatan yang digunakan pun berbeda. Namun, Kecintaan pada nilai-nilai tradisional, kebersamaan dan kesimple an(kesederhanaan)  membuat saya lebih kagum dengan cara peracikan kopi di warkop - warkop tradisional.

Maju terus para pemberi inspirasi pagi . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun