Mohon tunggu...
Fiksiana

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik "Hujan Bulan Juni"

21 Februari 2018   16:09 Diperbarui: 21 Februari 2018   16:11 19836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hujan Bulan Juni merupakan sebuah novel karya Sapardi Djoko Damono, seorang penulis terkenal yang sangat lihai dalam merajut kalimat. Novel ini diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2013 dan terdiri dari 135 halaman, setiap kalimat yang dihadirkan oleh sang penulis terkesan sulit untuk dipahami, pembaca dibuat untuk mengunyah arti yang tersirat dalam bacaan ini. 

Dalam percakapan yang dihadirkan terbaca seperti sebuah syair dan bait-bait puisi sebagai bumbu dalam setiap kisahnya, terkadang muncul juga Bahasa Jawa dalam beberapa percakapan antara tokoh satu dengan lainya. Novel ini bukanlah tentang hujan apalagi bulan Juni, novel ini merupakan terjemahan dari puisi yang sangat popular.

Bertemakan percintaan diatas perbedaan suku, budaya bahkan agama, namun hal tersebut bukanlah masalah besar yang ditekankan didalam novel ini, novel ini lebih menekankan pada pergolakan hati yang terus bertanya bagaimana mungkin mereka bisa meyakinkan diri dalam hubunganya, jika kenyataanya mereka berjauhan bukan karena perbedaan namun karena sebuah cita-cita.

 Berkisahkan tentang seorang pria sederhana dan kaku berdarah jawa yang sangat mencintai Pingkan wanita blasteran Jawa dan Menado yang memiliki kecantikan, kecerdasan dan juga tingkah laku baik. Cita-cita yang harus dikejar oleh pujaan hatinya di negara sakura menumbuhkan rasa gelisah dan khawatir yang kian hari makin menjadi-jadi bukan karena kepercayaan yang ditanam terhadap kekasihnya hilang namun karena kekasihnya akan sering berjumpa dengan lelaki lain, lelaki yang sempat dekat dengan pujaan hatinya. Kisah cinta muncul ketika mereka menjadi dosen muda di kampus yang sama yaitu Universitas Indonesia di tambah lagi Toar kakak pingkan adalah sahabat Sarwono sejak SMA.

"baru kali ini mereka menyadari bahwa kasih sayang mengungguli segalanya menembus apapun yang tidak bisa dipahami.."(hal 44)

Adat Istiadat juga menjadi salah satu tema dalam novel ini namun tidak ditonjolkan seperti percintaan, adat istiadat yang berjalan mengiringi kisah percintaan antara Sarwono yang jelas-jelas keturunan Jawa asli dengan Pingkan wanita blasteran Jawa dan Menado, Ia lahir di Jawa, ibunya dari Jawa namun ia adalah gadis Menado karena ayahnya adalah keturunan Menado. Pingkan sering menjelaskan kepada Sarwono bahwa aku ini Jawa namun jelas saja ia keturunan Menado, yang bahkan arti namanya saja diambil dari kisah Putri Pingkan yang amat cantik jelita dengan Matindas, lelaki yang menolong nyawa Pingkan ketika ada dalam bahaya. 

Perbedaan suku dan agama memang tidak ditekankan dalam novel ini, namun beberapa kali keluarga Pingkan menanyakan hubunganya dengan Sarwono "jika nanti kalian menikah, anak kalian akan ikut siapa ayah atau ibunya?" pingkan hanya menjawab ya anak pasti ikut ayah dan ibunya, pertanyaan yang mungkin tidak terlalu menyudutkan pingkan namun seolah-olah tersirat makna agar pingkan kelak menjauhi Sarwono dan menikah dengan lelaki Jepang yang berdarah Indonesia. 

Pingkan kerap dihantui oleh pertanyaan itu namun ia meyakini bahwa "aku yang telah menenun benang-benang itu, bagaimana mungkin aku mengurainya kembali apalagi sampai orang lain yang mengurainya, aku yang menenunya, aku juga yang harus menguraikan benang-benang yang sudah cantik kutata bertahun-tahun". Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju, kisah percintaan yang berawal menjadi dosen muda yang sama di Universitas Indonesia hingga kesempatan pingkan untuk mengambil beasiswa di negeri sakura dan berakhir ketika Sarwono harus berbaring di rumah sakit karena penyakit paru-paru basah yang dideritanya.

 "ia berusaha mengingat-ingat dongeng Pingkan tentang asal-usulnya lalu membayangkan tentang pertempuran..."(hal 89)

" dan surat itu sedang ditulis kika Pingkan mendarat di bandara Soekarno Hatta untuk menjadi guide..."(hal 127)

Sarwono tokoh utama yang merupakan seorang dosen di Universitas Indonesia yang mahir di bidang antropologi, ia kerap disibukkan dengan penelitian atas perintah kaprodinya yang sangat menguras pikiran, perasaan dan juga tenaga. Sarwono hidup dalam keluarga sederhana yang kental dengan kebudayaan Jawa, orangtuanya adalah seorang PNS, keluarganya sangat taat dalam syariat Islam, namun saat ia menaruh hati dengan wanita yang berbeda denganya, agama bukanlah menjadi penghalang baginya. Uniknya kisah percintaan mereka dibumbui dengan obrolah yang seru yang membuat keduanya semakin membangun kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun