Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... -

manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ngeri

10 Mei 2012   15:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:28 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

emarin saya menonton video pembunuhan sadis. seorang (yang konon katanya) pencuri yang dihakimi massa. Saya tidak kuasa menghabiskan video pendek tersebut. Tengkuk saya dingin, berair, kepala saya jadi tak karuan dan serasa mau muntah. Anehnya, karena ketika ada seseorang yang dihakimi massa biasanya ada salah seorang dari massa yang mencoba menghentikan, menghalau dan menasehati massa agar berbuat lebih manusiawi. Tapi pada kasus ini tidak. Apa mungkin karena si pencuri sudah kelewat batas meresahkannya, atau... entahlah, semua sudah terjadi, korban tewas mengenaskan dan hanya menyisakan gelengan kepala dari siapapun yang menyaksikan rekaman videonya, termasuk saya.
Sebenarnya ini bukan kali pertama saya mengalami. sebelumnya saya pernah menonton video pendek hukum Qishash ala wahabi Makkah dari hape teman saya. Mengerikan, sangat mengerikan. Seorang yang didakwa bersalah dengan kepala tertutup dan tangan terikat harus meregang nyawa di tangan seorang algojo yang misterius. Entah setan apa yang merasuki algojo itu sehingga tega menggorok terdakwa sampai kepala terlepas dari badan, menghilangkan nyawa terdakwa tanpa sedikitpun rasa bersalah. Kalau benar algojo itu dirasuki setan maka mungkin tak terlalu jadi masalah buat saya karena setan memang sudah seringkali membuat tengkuk saya dingin (baca:takut), namun jika algojo itu bertindak berdasarkan perintah agama, maka pada titik ini agama telah membuat kepala saya pening, tengkuk dingin, berair, ngeri dan mau muntah.

Saya jadi terharu waktu tadi siang saya ke toilet. Saya melihat seekor semut hitam yang susah payah membopong kawannya yang entah mati atau hanya pingsan atau sekedar lagi pengen digendong. Terlanjur memperhatikan, saya bahkan tidak terlalu menikmati acara buang air. kebiasaan saya memang begitu, menikmati apapun sensasi yang hadir saat buang air (kencing, menurut istilah ibuku yang tak kenal istilah pipis, sampai sekarang). ;)
Cinta kasih, pada titik tertentu kita harus melepas rasa malu untuk belajar, mengutip Iwan Fals, pada Makhluk Tuhan yang katanya tak berakal. ;D

30 april 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun