[Pendahuluan]
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbarntang dari Sabang sampai Merauke yang dikenal untaian zamrud di Katulistiwa yang memilik beragam suku, budaya dan tentunya dihiasi oleh mozaik indah keberagaman agama yang dianutnya. Hal ini tentunya  tak jarang muncul tantangan berupa konflik yang berakar pada perbedaan tersebut. Dengan adanya moderasi beragama sebagai jembatan menuju kehidupan berbangsa yang damai dan saling menghargai antarumat.
Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang mengutamakan jalan tengah, menghindari konflik, dan menjunjung tinggi toleransi. Dalam konteks beragam agama di Indonesia, moderasi menjadi pondasi kokoh bagi kerukunan dan persatuan dan menjadi penangkal berbagai konflik yang bersumber dari perbedaan pemahaman keagamaan. Dengan mengedepankan moderasi, kita dapat hidup dengan damai, dan saling menghargai hak dan keyakinan orang lain.
[Pembahasan]
      Moderasi beragama merupakan sebuah konsep penting dalam menjaga keharmonisan ditengah masyarakat, khususnya di Indonesia yang terdapat keberagaman agama. Salah satu landasan utama moderasi beragama dalam Islam adalah surah Al- Kafirun. Surah ini menekankan pentingnya toleransi dan saling menghormati antarumat beragama.
Dalam surah Al- Kafirun menegaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Setiap orang berhak memilih keyakinannya sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Hal ini menunjukan bahwa pluralitas dan mendukung toleransi antarumat beragama.
Namun disisi lain, radikalisme dan ekstremisme sering kali berakar dari pemahaman agama yang sempit dan kaku. Kelompok radikal dan ekstremis sering kali memaksakan interpretasi mereka sendiri tentang agama kepada orang lain. Sebagai contoh, masih banyak umat muslim yang mengucapkan selamat natal atau hari besar agama selain Islam.
Konsep moderasi beragama belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat luas. Maka dari itu perlu adanya sosialisasi yang lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang moderasi beragama. Di samping itu juga, peran aktif tokoh agama memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama dan dapat membantu menjembatani perbedaan antarumat.
Menurut pandangan dari perwakilan STAI Al- Yasini pesuruan terdapat 9 kata kunci moderasi beragama: a.) kemanusiaan, b.) kemaslahatan umum, c.) adil, d.) berimbang, e.) taat konstitusi, f.) anti kekerasan, g.) hormat terhadap tradisi selagi tidak melanggar aturan agama, h.) komitmen kebangsaan, dan i.) toleransi. Beliau juga menyampaikan inti dari agama adalah selalu bersyukur kepada Allah dan agama tidak pernah mempersulit umatnya dan jangan pernah memaksakan kehendak.
STAI Al- Yasini dan UIN Walisongo Semarang memiliki pendekatan yang berbeda dalam moderasi beragama. Menurut yang saya dengar STAI AL- Yasini lebih fokus pada praktik moderasi di lingkup internal pondok pesantren, sedangkan UIN Walisongo memiliki kurikulum moderasi yang terstruktur dan aktif dalam implementasi moderasi diluar kampus.
Meskipun belum memiliki kurikulum moderasi yang sistematis, STAI Al- Yasini telah  menerapkan moderasi secara tidak langsung melalui pelajaran dan praktik di pondok pesantren. Moderasi di praktikkan antar santri dan kyai, namun belum ada implementasi diluar pondok pesantren atau antar agama. Disisi lain, di UIN Walisongo mempelajari berbagai teori dan konsep moderasi beragama dari pakar bidang ini. Selain itu, mahasiswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan moderasi beragama dan program pengabdian masyarakat yang fokus pada implementasi moderasi di berbagai komunitas. Seperti contoh dalam seminar, workshop, dan dialog antarumat beragama.