Mohon tunggu...
Allegria Mila
Allegria Mila Mohon Tunggu... profesional -

#1 pecinta sajak, novel, kisah inspiratif #2 baginya: menulis adalah sebuah cara untuk mencari jalan keluar :)\r\nhttp://milamawaddah.blogspot.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diary Dodol Auditor (1)

5 Januari 2014   05:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13888760441136428089

[caption id="attachment_288373" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: aldyputra.net"][/caption] "Ati-ati mas!"kataku dengan keras ke Mas Lio karena kakiku menyenggol becak yang juga memadati jalanan Jogja sekitar jam 8 malam. Beruntung kakiku tidak memar. "Iya mbak, maaf... Berapa menit lagi mbak?"sahutnya panik. "TUJUH MENIT MAS!"kataku tak kalah kalap. "Mbak, ini sudah nyampe stasiun. Saya tunggu di sini ya? Nanti saya telpon. Kabari ya dapat kereta atau tidak."kata Mas Lio. "Lah, saya gak punya nomor hape mas, ya sudah saya masuk dulu,"kataku sambil berlari. Nahas, antrian panjang. Namun kereta Malabar belum nongol. Sedikit bernapas lega, masih bisa ngantri. Lama-lama kok gak selesai-selesai yah nih orang di depanku.... Beli tiket apa ngapain? Nengok sebelah kanan udah kelar, seharusnya aku ngantri di sana deh... Tetapi antrian sebelah kanan sudah dipadati konsumen lainnya. Tiba giliranku, kereta datang. Petugas tiket tidak mau melayani. Aku meninggalkan dengan gontai. Apesnya, wajah itu sudah gak ada. Wajah Mas Lio raib! Dengan gontai aku mencari taksi sekenanya. Sepertinya lagu Jogjakarta-nya katon Bagaskara yang kalem nan puitis itu tak berlaku malam ini. Jogja padat merayap. Banyak ruas jalan ditutup. Walhasil perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh sepuluh menit jadi dua kali lipatnya. *** "Ayo sini, kita mulai review-nya,"sahut atasanku. Segera aku mengekor dengan membawa laptop. Takzim review dimulai dikuliti. Dicecar dan adu argumen memenuhi atmosfir ruangan ber-wallpaper krem bermotif ini. "Wajahmu kok kelihatan lesu. Lapar ya? Mas Lio, belikan nasi atau mie buat semua orang di kantor yang masih lembur. Oya, Pak Irvan tolong dibuku di biaya rapat ya? Oya kamu kan kemalaman, sudah tidur di hotel aja. Ini tolong ya Pak Irvan biar si Alle dibuatin surat perjalanan dinasnya ya..."cerocos atasanku. Wajar datar seperti di emoticon chat. "Pak, saya langsung pulang aja pak, gak perlu dikasih hotel, masih cukup kok waktunya."kataku sambil melirik jam di laptop menunjuk angka 7.25. "Beneran nih gak mau dikasi hotel?" "Iya Pak. Ada kereta jam 9 malam dari Jogja,"sahutku optimis. "Oke, kita lanjutkan reviewnya." "Oya, makanan sudah datang, so far sudah ya, nanti dikirim by email aja hasil review kita hari ini, beneran nih gak nginap di Jogja aja?" "Terima kasih pak, maaf saya tidak bisa ikut makan dan tidak menginap di hotel. Barusan saya online melihat ada kereta jam 20.22. Sekarang pukul 8 malam Pak. Saya ijin pamit." "Ya sudah, kamu hati-hati ya." *** TERDAMPAR! Kalimat yang membuatku semakin kalut. Sudah pukul 9 dan taksi yang kutumpangi tak tentu arah. Malam ini menginap di mana ya? Kereta langganan Mutiara Selatan jam 21.45 sudah habis dan tersisa kereta Malabar 20.22. walau sudah dikejar dengan susah payah, tidak terkejar. Seperti mengejar cintamu #tsahhh... Akhirnya nomor asing masuk dan cuma miscalled. Alamak! telpon balik aja deh... "Mbak Alle, sudah dapat kereta? Saya sudah balik kantor ini..." Suara khas Mas Lio! "Mas, saya gak dapat tiket, gimana ini? Tadi saya juga habis di bbm si Rose kalo Bus Efisiensi-nya juga sudah habis jam segini, musim tahun baru sih Mas... Trus aku gimana Mas? Aku malu sama Pak Daniel. Udah ditawarin hotel tapi gak mau... Tapi hotel itu bukan hak aku mas. Aku kan ke Jogja atas inisiatif sendiri... Aku perlu konsul ke atasan atas kerjaanku. Piye mas?"kataku menahan tangis. "Ya sudah gini aja mbak, mbak balik ke kantor aja,"tawar Mas Lio. "Oke deh, tapi aku di lantai 1 aja, aku gak mau naik ke lantai 2. Aku malu Mas sama Pak Daniel..."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun