MILA AINUN AZZUHRO
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
Mengapa Jerapah Leher Pendek Punah? Dan Apa Penyebabnya ?
Jerapah dengan leher pendek diperkirakan punah karena tekanan seleksi alam dan perubahan lingkungan yang menguntungkan jerapah dengan leher Panjang. Jean-Baptis Lamarck merupakan salah satu pemikir evolusi pertama yang memberikan Gambaran singkat tentang bagaimana jerapah berevolusi dalam karya besarnya, Philosophie Zoologique, yang diterbitkan pada tahun 1809 :
Menarik untuk mengamati akibat kebiasaan dlam bentuk dan ukuran jerpah yang aneh : hewan ini, mamalia tertinggi, diketahui hidup dipedalaman Afrika di tempat-tempat yang tanahnya hamper selalu gersang dan tandus, jadi bahwa ia wajib menelusuri dedaunan pepohonan dan berusaha terus-menerus untuk mencapaiya. Dari kebiasaan yang telah dipertahankan dalam semua rasnya, mengakibatkan kaki depan Binatang itu menjadi lebih Panjang daripada kaki belakangnya, dan lehernya memanjang sedemikian rupa sehingga jerapah, tanpa berdiri dengan kaki belakangnya, bisa mencapai ketinggian enam meter. ( Dikutip dalam Gould 2002, hal. 188)
Dalam pandangan Lamarck, situasi di masa lalu dimana makanan terbaik bagi mamalia penjelajah adalah pepohonan yang tinggi, sedangkan tumbuh-tumbuhan yng lebih rendah telah dimakan oleh hewan lain. Sama halnya dengan nenek moyang jerapah yang berawal berleher pendek harus menjangkau makanan yang lebih tinggi sehingga lama- kelaman kaki dan leher jerapah memanjang.
Seperti yang ditulis Lamarck, “variasi dalam lingkungan menyebabkan perubahan, kebiasaan, dan cara makhluk hidup. Perubahan ini menimbulkan modifikasi atau perkembangan pada organ-organnya dan bentuk bagian-bagiannya” (hal.179). jadi menurut Lamarck, jerapah leher pendek awalnya tidak dapat menggapai daun yang lebih tinggi dan karena itu, lehernya menjadi Panjang untuk mencapai makanan yang lebih tinggi. Perubahan ini diwariskan kepada keturunannya. Lamarck berpendapat bahwa makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan dan perubahan tersebut diwariskan kepada keturunannya.
Charles Darwin juga mengomentari evolusi jerapah setelah kurang lebih 60 tahun kemudian. Darwin merumuskan bahwa setiap spesies terdiri dari individu-individu yang menunjukan variasi yang cukup besar, dalam kondisi lingkungan tertentu variasi akan sangat menguntungkan. Tetapi selesksi alam menyingkirkan mereka yang belum beradaptasi dan mereka yang paling mampu beradaptasi untuk bertahan hidup.
Variasi menjadi dominan pada spesies dan berkembang. Dalam kasus jerapah, masa kekeringan dan kondisi kering memberikan keuntungan bagi hewan-hewan tersebut untuk mengungguli jerapah lainya dengan mencapai dedaunan yang lebih tinggi dan belum tersentuh.
Mereka merupakan keturunan nenek moyang hewan yang berevolusi menjadi jerapah. Menurut Darwin jerapah leher pendek tidak dapat menjangkau daun yang lebih tinggi dan tidak beradapatasi dengan lingkungan. Lama-kelamaan, jerapah leher pendek punah karena tidak dapat bersaing dengan jerapah leher Panjang yang lebih cocok dengan lingkungan. Penyebabnya adalah jerapah leher pendek tidak dapat menjangkau sumber makanan yang lebih tinggi dan tidak dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang membuat daun menjadi lebih langka.
Berdasarkan pernyataan Lamarck dan Darwin diatas tentang kepunahan jerapah berleher pendek, atau lebih dikenal sebagai Sivatherium, terutama disebabkan oleh beberapa faktor utama yang saling berkontribusi. Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi pada kepunahan jerapah berleher pendek :
- Adaptasi untuk mencari makan
- Jerapah dengan leher panjang memiliki keunggulan dalam mengakses daun-daun tinggi di pohon akasia dan tanaman serupa, yang tidak dapat dijangkau oleh herbivora lainnya. Ini memberi mereka akses eksklusif ke sumber makanan yang tidak terjangkau oleh hewan berleher pendek, sehingga meningkatkan peluang bertahan hidup mereka. Jerapah berleher pendek harus bersaing dengan spesies lain yang makan pada vegetasi yang lebih rendah, seperti antelop dan kerbau. Sementara itu, jerapah berleher panjang bisa memanfaatkan makanan yang kurang kompetitif karena ketinggiannya, sehingga mereka mengalami sedikit kompetisi untuk sumber makanan yang lebih tinggi.
- Tekanan seleksi alam
- Jerapah jantan sering terlibat dalam pertarungan yang disebut "necking," di mana mereka menggunakan leher dan kepala mereka untuk melawan jerapah jantan lainnya. Jerapah dengan leher yang lebih panjang cenderung memiliki keuntungan dalam pertarungan ini, memberikan mereka peluang lebih besar untuk sukses dalam reproduksi.
- Karena itu, leher panjang menjadi fitur yang diseleksi secara seksual. Individu yang mampu memperoleh lebih banyak makanan dan memenangkan pertarungan kawin memiliki peluang lebih besar untuk menyumbang gen mereka ke generasi berikutnya. Akibatnya, gen yang mendukung leher panjang lebih sering diwariskan.
- Aktivitas manusia
- Aktivitas manusia seperti pembakaran dan pemburuan spesies mangsa lainnya dapat mengubah ekosistem yang jerapah leher pendek sulit untuk bertahan.