Mohon tunggu...
Mila Oktavia Mardiani
Mila Oktavia Mardiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Soil science

Postgraduate student | Soil science | Brawijaya University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wiwit Panen, Bentuk Rasa Syukur Petani Sebelum Panen Padi

17 September 2022   15:44 Diperbarui: 17 September 2022   15:47 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MALANG (20/5/2022)- Tradisi wiwit panen merupakan ritual yang dilakukan petani sebelum memulai panen padi. Kearifan lokal ini yang masih dilakukan oleh petani daerah Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. 

Wiwit panen merupakan ritual sebelum panen padi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, tradisi ini mulai terkikis bahkan ditinggalkan. 

Tradisi wiwit panen masih dilestarikan oleh para petani yang tinggal di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang khususnya Pak Tani Wibowo yang dianggap sebagai kamituwo di daerahnya. 

Tradisi wiwit panen ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Wiwit artinya adalah memulai untuk memotong padi.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

"Tradisi wiwit panen ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Dewi Sri (Dewi Padi) dan Dewi Pertiwi (Dewi Tanah) karena selama musim tanam diberikan rahmat berupa tanah yang subur dan berkecukupan air sehingga hasil panen melimpah." ucap Tani Wibowo disela-sela prosesi wiwit panen yang dilakukan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang.

Wiwit panen dimulai dengan peletakan sajen/jok bakal dan berdoa yang diwakili oleh kamituwo. Sajen atau jok bakal berisi bunga mawar, bunga kenanga, beras putih, beras merah, telur ayam kampung, kemiri bakar, bawang merah, bawang putih, cabai, air tape, sirih, cengkeh dan tembakau. Sajen diperoleh dari pohon yang di tanam di lahan agroforesrty milik petani setempat.

Selain itu, terdapat satu paket nasi lengkap dengan lauk pauknya atau disebut berkat slametan yang terdiri dari; sayur urap dan ikan teri serta ayam bagian kepala, ceker, serta sayap/sewiwi yang memiliki filosofi bahwa petani bekerja di lahannya menggunakan kepala, kaki serta tangannya. 

dokpri
dokpri

Adanya kearifan lokal ini menarik salah satu mahasiswa dari Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan, Universitas Brawijaya  untuk meneliti lebih dalam lagi terkait jasa lingkungan sistem agroforestry dalam kaitannya dengan budaya dengan harapan masyarakat lokal tetap nguri-uri budaya jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun