Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Seiring berjalannya waktu, persentase lansia di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 4 persen pada tahun 2010-2022, yaitu menjadi 11,75 persen (BPS 2023). Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan sosial ekonomi, kemajuan pelayanan kesehatan, dan pengetahuan masyarakat (Mulyati et al 2018).
Proses penuaan adalah proses menurunnya kemampuan mempertahankan fungsi normal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia menjelaskan bahwaProses menua adalah perjalanan alamiah yang dapat mengganggu keseimbangan dan menyebabkan penurunan perkembangan psikososial. Perkembangan Psikososial keadaan individu yang saling memengaruhi mencakup dimensi psikologis yaitu kondisi mental dan emosi dan dimensi sosial yaitu hubungan interpersonal dan struktur sosial (Kartinah dan Sudaryanto 2008). Penurunan psikososial dapat menyebabkan perubahan gaya hidup, situasi ekonomi, ketergantungan dengan orang lain, dan masalah kesehatan mental (Yanni & Killing 2018). Hal tersebut berdampak pada lansia meliputi kebingungan, kepanikan, stres, depresi, kehilangan minat, kehilangan pasangan hidup, dan isolasi sosial. Semua ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum dan kesehatan mental pada lansia. Salah satu aspek penting dalam perkembangan psikososial mencakup interaksi sosial dan kemandirian.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang memengaruhi antara individu, kelompok sosial dan masyarakat. Interaksi sosial memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan jiwa para lansia. Interaksi merupakan proses dimana orang berkomunikasi dan saling memengaruhi dalam pikiran serta tindakan yang diperbuat (Sinthania et al 2012). Sedangkan, kemandirian sangat penting bagi lansia dalam merawat diri dan memenuhi kebutuhan dasar. Sikap mandiri dalam perkembangan psikososial membantu lansia memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengambil keputusan yang memengaruhi kualitas hidup (Anggun et al 2023). Kemandirian memungkinkan lansia mengembangkan potensinya melalui aktivitas yang disukai, baik bernilai ekonomi maupun sekadar hobi. Untuk memperkuat sikap mandiri, diperlukan dukungan dari lingkungan yang aman, akses ke pelayanan kesehatan, dan kegiatan sosial lainnya (Subekti 2017).
Selain itu, penurunan psikososial dapat menyebabkan stres. Lansia sering merasa kurang bahagia dan mengalami pengabaian dari lingkungan sekitar, yang meningkatkan stres (Sigalingging et al 2022). Kondisi stress yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak yang kurang baik pada kegiatan sehari-hari lansia (Maria 2022). Lansia yang kurang mampu mengelola stress membutuhkan bantuan untuk meningkatkan mereka dalam mengelola stress.
Peningkatan jumlah lansia mengakibatkan semakin besar tanggungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam menyediakan layanan untuk kesejahteraan lansia (Sinthania et al 2012). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Dalam hal ini terdapat upaya pemerintah dengan adanya program Bina Keluarga Lansia (BKL) yang dicetuskan oleh BKKBN bertujuan meningkatkan kesejahteraan lansia melalui peran keluarga, membentuk lansia yang sehat, mandiri, dan produktif (BKKBN 2011).
Adanya program LAGI AKTIF: LANSIA BAHAGIA YANG AKTIF ini untuk meningkatkan aspek psikososial pada lansia yang bekerja sama dengan Sekolah Lansia Wijayakusuma Ciomas Bogor yang berada di bawah naungan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor.
Sekolah Lansia Wijayakusuma merupakan kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lansia dan lansia itu sendiri dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Sekolah Lansia Wjiayaksuma ini untuk masyarakat lanjut usia yang berada di Taman pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan terdapat kegiatan yang dilakukan berupa pemberian materi ataupun praktek mengenai pengembangan diri pada lansia dengan narasumber yang sesuai. Dan program Lagi aktif: Lansia Bahagia yang Aktif ini dilaksanakan dengan sangat baik bersama pengurus dan anggota lansia di Sekolah lansia Wijayakusuma.Â
Dalam program ini terdapat beberapa rangkaian yang telah dilaksanakan, diantaranya:
Pengukuran kecemasan interaksi sosial dan dukungan sosial pada masyarakat
Melakukan pengukuran mengenai kecemasan interaksi sosial pada lansia menggunakan instrumen Social Interaction Anxiety Scale (SIAS) yang dikembangkan oleh Mattick dan Clarke (1998) dengan total 20 item dan pengukuran dukungan sosial menggunakan instrumen Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dikembangkan oleh Zimet et al. (1988) dengan total 12 item. Pengukuran ini dilakukan kepada beberapa masyarakat lanjut usia yang berada di sekitar Sekolah Lansia Wijayakusuma dan dilaksanakan secara luring selama 5 hari di Bulan Mei 2024 dengan wawancara menggunakan kuesioner secara door to door. Hasil pengukuran yang telah dilakukan tidak akan disebarluaskan dan akan digunakan sebagai output dalam program ini.