Otonomi Khusus Antara Anugerah dan Malah petaka
Otonomi Khusus di Papua merupakan anugerah tetapi juga malahpetaka. Mengapa demikian, karena ada beberapa alasan yang sangat krusial yang perlu dibahas dalam artikel ini. Beberapa hal penting menurut hemat penulis untuk diperhatikan oleh berbagai pihak, yaitu:
1. Otonomi khusus (Otsus No 21 Tahun 2021) dilihat dari historisnya
Otonomi khusus memiliki historis, dimana dia lahir karena adanya tuntuntan rakyat akar rumput di Papua(grass root demand of West Papua People). Otonomi khusus memiliki sejarah (history), bukan lahir lahir secara tiba-tiba atau turun sebagai anugerah dari langit. Hal ini perlu diperhatikan oleh semua pihak terutama pemeritah sebagai pengambil kebijakkan (Stakeholder). Baik si pemberi (giver/government) dan penerima (taker/ People of West Papua). Otonomi khusus lahir karena adanya tuntutan rakyat "tuntut kemerdekaan politik". Oleh karena itu, perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya bahwa apakah otsus memberikan dampak positif atau tidak. Demikian juga, Pemerintah pusat maupun daerah menjalankan apapun yang sudah disepakati, dijalankan secara murni dan kensekuen, tanpa adanya kecurigaan (Suspicious). Pada prinsipnya pemerintah daerah musti hargai apa yang  diperjuangankan oleh rakyat, dimana mereka menghadirkan program otonomi khusus. Para pejabat Papua musti sadar bahwa otonomi khusus hadir sebagai bagian dari perjuangan berdarah-darah atau disebut juga sebagai jawaban atas tuntutan rakyat Papua terhadap penentuan nasip sendiri secara politik. Point seperti ini perlu diingat, lalu dikelola program otsus secara baik dan benar, artinya tahap implementasi program otsus mustinya terukur (Measureable), serta dampaknya benar-benar menentu kepada rakyat kecil di Papua. Otsus dijalankan selama 20 tahun sejak 2021, namun dampaknya belum dirasakan benar-benar oleh masyarakat Papua asli dikalangan bawah. Mengapa demikian? Tentu banyak faktor yang perlu dibenahi.
2. Otonomi Khusus sebagai peluang
Program Otonomi Khusus merupakan sebuah peluang. Namun itupun jika dikelola dengan baik. Itu sebabnya dana otonomi khusus yang begitu banyak, diharapkan dapat dikelola dengan baik dan benar bagi kemajuan dan kesejahteraan orang Asli Papua. Banyak kajian menunjukkan bahwa dana otonomi tidak dapat membawa banyak perubahan di segala sektor secara signifikan. Misalnya, sektor pendidikan adalah salah satu bidang yang sampai saat ini belum nampak perkembangannya secara berarti. Memang tidak mudah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) Papua. Namun, ada sejumlah persoalan yang benar-benar diperhatikan oleh berbagai pihak terutama pengelolah pendidikan, yaitu Dinas pendidikan Provinsi maupun di pendidikan kabupaten. Dengan maksud agar otonomi khusus sebagai peluang itu benar-benar terwujud sesuai dengan harapan masyarakat Papua. Jika tidak demikian, maka otonomi khusus hanya sebuah program pemerintah yang mandul dan tidak memberikan manfaat apa-apa. Dibawah ada beberapa hal menurut hemat kami perlu dilakukan oleh pemerintah pusat, yaitu:
a. Lakukan pengawasan dengan ketat penggunaan Dana
b. Lakukan monitoring dan evaluasi (Monev) oleh pemerintah dengan benar. Banyak kali pemerintah lakukan monitoring dan bahkan pemeriksaan penggunaan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) namun hasilnya sama saja.Â
c. Meminta pendapat masyarakat yang paham tentang sistem.
3. Otonomi Khusus sebagai tantangan
Selain program Otonomi Khusus sebagai peluang, dia juga merupakan tantangan. Mengapa demikian, karena didalam program otonomi khusus memiliki dana yang sangat besar. Dana sebesar itu, jika dikelola oleh orang-orang yang tidak memiliki kapabilitas dan moralitas baik maka dia dapat mencelakai orang. Kata mencelakai disini adalah tidak dimanfaatkan dana dengan baik dan benar lalu digunakan tanpa aturan yang jelas maka hal tersebut dapat membahayakan bagi kehidupan manusia. Dana sebesar ini bisa merusak kehidupan orang Papua. Misalnya, dana tersebut disalurkan dalam bentuk bantuan tunai kepada masyarakat. Hal ini benar-benar berbahaya karena masyarakat tidak menjadi produktif namun mereka menjadi masyarakat konsumtif. Oleh karena itu, masyarakat Papua perlu dididik dan dibina dengan orang-orang yang terampil agar mereka benar-benar memiliki kemampuan manajerial dengan baik, dan pada gilirannya mereka menjadi manusia yang produktif.