(catatan kecil guru biasa)
Cerita ini terlahir dari kegelisahan di akhir tahun, dengan segala rutinitas kesibukan yang tidak biasa. Â Terpenjara dengan program, menuliskan rencana, dan mengirim bukti aktivitas, karena kerja kita lampau maka butuh effort lebih untuk menuliskan dan mengurai rencana menjadi sebuah realita. Berprofesi sebagai seorang guru, bukan pekerjaan semudah membalik telapak tangan, pada profesi ini terlukis jelas harapan, idealita dari sebuah generasi. Titipan ini tertulis nyata dalam segala kebijakan para pemegang kebijakan. Lantas apa sih titipan itu?.
Mungkin anda heran dengan kata "TITIPAN" apalagi diperuntukkan untuk guru.
Dalam benak setiap orang, guru itu bukan profesi yang mentereng seperti dokter, hakim, ataupun pejabat eselon di berbagai lembaga pemerintahan lainnya.
Menyematkan kata "TITIPAN" pada profesi guru adalah sebuah keniscayaan.
Sebuah realitas, yang tidak berwujud bendawi. Dimensi makna "TITIPAN" yang disematkan pada profesi kita, adalah sebuah pemaknaan akan harapan dan janji kecermelangan masa depan.
seperti yang saya tuliskan sebelumnya, kita (aku dan kau) adalah PETANI PERADABAN, di tangan kita, nasip bangsa ini dipertaruhkan.
Wah mungkin sebagian kita akan mengatakan terlalu berlebihan. Tetapi kekhawatiran ini muncul di benak saya, saat mengikuti kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan banyak guru dari berbagai sekolah, saat pembukaan biasanya para pejabat yang membuka lengkap pidatonya, menitipkan banyak harapan pada institusi pendidikan, mulai dari pembinaan karakter, budaya anti korupsi, tertip berlalu lintas. Cinta lingkungan, dan masih banyak lagi.
Sebagian dari kita saat ini berusia 40 tahun keatas, 10-20 tahun akan datang kita tidak tau pasti bagaimana kondisinya.
yang kita persiapkan bukan menanam padi, lantas di panen beberapa bulan kemudian, bukan.
tetapi yang kita persiapkan adalah PERADABAN. Benar kata orang bijak, jika ingin melihat kemajuan suatu bangsa maka lihatlah keadaan generasi mudanya saat ini.