Mohon tunggu...
Michael Agustinus
Michael Agustinus Mohon Tunggu... -

Penulis bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Riwayat Keroncong: Dari Kampung Tugu Sampai Bengawan Solo

11 Maret 2015   17:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:48 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah musik keroncong tidak bisa dilepaskan dari Kampung Tugu. Kampung Tugu terletak di pantai utara Jakarta, di sebelah timur Tanjung Priuk. Lokasinya hanya berjarak 5 km dari bibir pantai Cilincing dengan ketinggian sekitar 2 meter di atas permukaan laut.

Ridwan Saidi dalam Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kabudayaan, dan Adat Istiadatnya mengisahkan, kawasan ini disebut Kampung Tugu karena adanya batu prasasti dari Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di kawasan tersebut. Prasasti tersebut dinamai Tugu sehingga kawasan ini dinamai Kampung Tugu. Tetapi, ada juga pendapat yang menyebut bahwa nama kawasan ini merupakan kependekan dari Por-tugu-esa.

Hingga abad ke-19, Kampung Tugu masih merupakan daerah terpencil di luar kota Batavia karena masuk dalam wilayah Distrik Bekasi, afdelling Meester Cornelis (sekarang wilayah Jatinegara).

Namun, berdasarkan pantauan penulis, saat ini Kampung Tugu telah menjadi kawasan sibuk dengan truk-truk peti kemas yang lalu lalang dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priuk lalu. Di Jalan Raya Tugu, urat nadi kawasan ini, berdiri bengkel-bengkel mobil dan motor di pinggir jalan.

Di tengah-tengah Jalan Raya Tugu yang dilalui truk-truk peti kemas inilah Gereja Tugu berdiri sejak 1747. Gereja bergaya arsitektur Belanda abad ke-18 yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya ini merupakan bukti kehadiran Komunitas Tugu yang jumlahnya sekarang kurang lebih hanya tinggal 80 kepala keluarga.

Komunitas Tugu adalah pendiri pendiri Kampung Tugu sejak abad ke-17. Komunitas Tugu percaya bahwa leluhur mereka adalah campuran dari pelaut Portugis dan perempuan pribumi. Namun, Lance Castles dalam Profil Etnik Jakarta menuturkan bahwa sebetulnya Komunitas Tugu bukan keturunan orang-orang Portugis meski budaya dan nama-nama yang mereka pakai amat kental dengan nuansa Portugis, .

Menurut Lance Castles, nenek moyang orang-orang Tugu adalah budak-budak Portugis yang didatangkan dari Goa di India selatan. Budak-budak ini kemudian dimerdekakan, mereka disebut kaum Mardijker (berakar dari kata yang sama dengan ‘Merdeka’ dalam bahasa Indonesia). Oleh VOC yang berkuasa di Batavia pada abad ke-17, mereka diberi tanah di kawasan yang kini disebut Kampung Tugu.

Victor Ganap, penulis buku Keroncong Toegoe, membenarkan pendapat Lance Casltes bahwa orang-orang Tugu bukan keturunan Portugis. Namun sedikit berbeda, Victor mengisahkan bahwa leluhur orang Tugu adalah marinir Portugis asal Goa yang bermarkas di Pulau Banda, Maluku. Ketika VOC berhasil mengalahkan Portugis dan merebut hegemoni perdagangan rempah-rempah di Maluku, mereka melarikan diri namun kandas di Batavia dan ditangkap oleh VOC.

Tetapi, mereka dibebaskan setelah bersedia pindah agama dari Katolik menjadi Protestan dan kemudian diberi tempat di Kampung Tugu. Sebagai penghargaan untuk orang-orang Tugu, VOC membangun Gereja Tugu yang masih berdiri sampai hari ini.

Komunitas Tugu tak hanya tak hanya menguasai bahasa Portugis, mereka juga terampil memainkan musik Portugis. Untuk hiburan, mereka membuat gitar meniru gitar Portugis, lalu membentuk ensambel yang mereka namakan keroncong.

Dari sini lah lahir musik yang mereka namakan Krontjong Toegoe. Menurut A. Th Manusama dan diperkuat oleh Antonio Pinto da Franca, lagu keroncong pertama di Indonesia lahir pada sekitar 1661, yaitu lagu yang berjudul Moresco. Istilah keroncong sendiri adalah sebuah istilah lokal yang muncul dalam kosa kata Melayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun