Mohon tunggu...
mikha selina
mikha selina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lampung

Asisten Dosen - Announcer Broadcaster Academy di RRI Pro 2 Bandar Lampung - Bendahara Umum Forum Pemimpin Muda Nasional- Sekfung Pemberdayaan Perempuan GMKI Bandar Lampung MB (2018-2020) - Asisten Peneliti BB Padi RI 2019 - BPK GMKI Lampung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gejolak Ketidakstabilan Harga Beras

4 Maret 2023   08:42 Diperbarui: 4 Maret 2023   08:52 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal tahun 2023 Menteri Keuangan Sri Mulyani mencuatkan pernyataan optimisme bahwa isu ekonomi 2023 akan menguat dan batal terjadi resesi.  Namun, situasi global masih menunjukkan adanya konflik geopolitik, krisis pangan, krisis energi dan keuangan yang sewaktu-waktu bisa berdampak serius bagi ekonomi dan ketahanan pangan nasional. Indonesia menempati peringkat keempat (2022-2023) sebagai produsen beras terbesar didunia dengan rata-rata produksi 34,96 juta ton, peringkat ini turun satu tingkat yang sebelumnya peringkat ketiga (2017-2022) dengan produksi tahunan 34,96 juta ton (USDA, 2022). Badan Pusat Statistik mencatat produksi beras tahun 2022 untuk konsumsi pangan diperkirakan sekitar 32,07 juta ton, mengalami peningkatan 2,29% dari produksi tahun 2021 yaitu 31,36 juta ton. Hasil ini melewati ambang batas kebutuhan konsumsi setahun sebesar 30,2 juta ton. Kenyataannya, prediksi pemerintah meleset yang menyebabkan terjadi impor lagi sebanyak 200 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya sinergisitas antara lembaga pemerintah dalam melakukan manajemen produksi dan cadangan stok beras nasional.

Pemerintah mengklaim bahwa impor Desember 2022 berperan sebagai cadangan stok dan tidak memengaruhi harga menjelang panen raya, hal ini senada dengan Bulog yang memprediksi bahwa meroketnya harga beras akan turun di bulan ini. Apakah prediksi akan sesuai target atau meleset lagi? Walaupun kenaikan harga beras hanya berdampak keras pada masyarakat miskin, namun situasi ini berkaitan erat dengan harga pangan lainnya dan ini akan merambat ke pelaku UMKM. Belum lagi isu dicopotnya jabatan Menteri Pertanian menambah polemik kusutnya kasus pangan di negeri ini.  Bahwasannya pemerintah lebih memperdebatkan kursi dibandingkan menggencarkan strategi pangan di ambang ancaman krisis global, padahal masa jabatan tersisa selangkah lagi menuju pesta demokrasi 2024. Ketersediaan beras sering tersandung masalah produksi yang meleset target, sehingga mengharuskan impor dari negara lain, ketidakstabilan harga juga sangat merugikan petani, mafia untung petani buntung.  Padahal sudah gencar dilakukan peningkatan produksi dan produktivitas padi, namun kebuntungan yang sering terjadi membuat petani enggan menanam padi.  Benarkah belum memasuki panen raya menjadi satu-satunya penyebab naiknya harga beras? Apakah ada hubungannya ketidakstabilan harga pangan pokok dalam hal ini beras dengan potensi resesi ekonomi di tengah tantangan global?

Harga beras dipengharuhi oleh beberapa faktor antara lain produksi padi di tingkat petani yang disebabkan oleh climate change, alihfungsi lahan, kenaikan harga input budidaya, regenerasi petani dan serangan hama penyakit yang berdampak pada naiknya harga Gabah Kering Panen. Fakta ini membuat produksi menurun dan meleset dari target. Konsumsi yang semakin meningkat terutama saat momentum perayaan hari raya yang tidak dibarengi dengan persediaan barang membuat permintaan naik dan berdampak pada kenaikan harga beras. Nilai tukar rupiah, suku bunga, cadangan beras domestik nasional, kenaikan harga BBM, impor beras dan harga beras dunia turut menyumbang kenaikan harga beras. Tercatat Januari 2023 mata uang Indonesia menguat hingga Rp 14.991 dari sebelumnya Rp 15.573. Bank Indonesia melaporkan keputusan peningkatan suku bunga pada Januari 2023 untuk menekan inflasi. Cadangan beras domestik nasional mencapai 683 ribu ton yang diklaim cukup untuk memenuhi kebutuhan sebelum panen raya pada Maret 2023. Harga beras Indonesia terendah kedua se-ASEAN setelah Thailand. Faktor-faktor sebelumnya dapat mengamankan harga beras, namun pengaruh harga BBM yang meroket juga menjadi faktor penting tingginya harga beras menguat di Januari 2023. Panen raya sudah dimulai sejak pekan kedua Januari 2023 hingga puncaknya April 2023, tetapi situasi yang miris ketika stok gudang memadai setelah impor dan menjelang panen raya tetapi harga beras masih melambung tinggi, saat panen raya datang harga terbanting keras ke bawah.  Kenyataan ini sangat tidak berpihak kepada petani.

Berdasarkan riset, harga beras memengaruhi laju inflasi jangka panjang sekitar 5,17%. Hal ini menjadi salah satu faktor ancaman resesi di tengah tantangan global. Bisa saja pemerintah mengklaim tahun 2023 batal resesi karena terjadi pertumbuhan ekonomi di awal tahun yang memungkinkan terjadi inflasi jangka pendek sebab menjelang panen raya. Namun, bagaimana jika panen raya lewat dan target pemerintah kembali meleset, apakah impor akan jadi solusi lagi?  Ancaman inflasi jangka panjang masih mengintai ditengah memanasnya krisis geopolitik internasional dan politik nasional. Pemerintah harus fokus pada strategi keamanan pangan di tahun yang berat ini. Pentingnya mendata secara rinci kebutuhan beras dan produksi beras setiap daerah agar mempermudah manajemen. Bukan hanya melakukan operasi pasar murah untuk harga pangan, tetapi juga operasi tindak mafia untuk mengamankan stok beras nasional. Terus pantau pergerakan harga komoditas pangan secara menyeluruh agar nantinya dapat menyesuaikan dengan keadaan darurat seperti inflasi, musim paceklik, dan perayaan hari raya. Bulog harus bersinergi lebih erat dengan Kementerian Pertanian dan stakeholder terkait untuk menekan impor seminim mungkin, jangan lagi ada kesalahan perhitungan yang membuat cadangan beras berkurang di tahun genting ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun