Mohon tunggu...
Mikhael W.
Mikhael W. Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Pria kelahiran Ende, 7 Maret 1993. Penulis buku kumpulan puisi bertajuk "Surat Cinta untuk Adonai". Menyukai kopi, fotografi, dan sketsa pensil.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Penyair Tuhan

11 Juli 2020   09:23 Diperbarui: 11 Juli 2020   09:22 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

            - P. Jhon Dami Mukese, SVD           

Jika hamparan bukit tak pernah mengemas ujud-ujud hening

dari ketinggian di bawah langit kupercayai ia kumandangkan doa tengah malam

atau pagi yang masih subuh dan lebih merdu

dari igauan hari sebelum langit mula meremang

bahkan segala puji yang sering kau hafal di altar bisu

disimpan rapi di dalam lemari musim

hingga semesta melagukan doa-doamu

sebagai kerinduan burung-burung di balik jeruji sangkar

pada sketsa matamu ternyata kau lebih dekat dengan keabadian

saat bulir-bulir kata menyembur keluar dari-Nya: mata air segala hening

bergegas aku mencarinya di bawah rimbunan hujan

dan tibalah kukatai sajakmu adalah lautan tafsir

 

bermula dari lautan 

kembali pada langit

jatuh sebagai rintikan nyanyian

meresap

mengharui dada

dan tetesan air mata menjadi mata air doa yang paling jujur

kepergianmu sulit kupahami seperti alir sungai naik menuju hulu

demikian rahasia alam jauh lebih kaya dari pada pengetahuan

dan rahasia kematian jauh lebih miskin dari pada kehidupan

sebab hidup dapat dialami sejak kau tertawa di dalam rahim ibu

sampai kau tersenyum haru di dalam rahim bumi

sembari mencium aroma kembang bunga dan kepulan doa

dari lilin-lilin peziarah yang akan habis dilahap angin dan api

kepadamu yang telah pergi mendahului kiamat

aku, pelacur kata ingin menitipkan pesan kecil:

tolong tanyakan pada-Nya:

"bilamana aku juga dibaptis menjadi penyair Tuhan?"

-Maumere, 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun