Mohon tunggu...
Mika Sanggeni
Mika Sanggeni Mohon Tunggu... petani pekebun peternak -

mampir lesehan ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaesang Cah Singapor yang Ndeso

6 Juli 2017   15:13 Diperbarui: 6 Juli 2017   22:37 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kaesang yang dimaksud adalah memang bukan lain tak ada duanya di Indonesia yaitu anak presiden Jokowi.

Maksudnya ndeso sebagai ungkapan itu bukan makna awalnya yang menunjukkan seseorang yang berasal dari desa.

Tapi ndeso sebagai gambaran sikap yang kurang terpelajar, kurang berperadaban layaknya gambaran kebanyakan orang kota.

Maksudnya cah (anak) Singapor itu bukan berarti seseorang yang berkewarganegaraan Singapore.

Tapi menggambarkan anak yang tinggal dan sekolah di Singapor suatu negara kota internasionalpolitan, salah satu dari sedikit kota puncak peradaban dunia saat ini, lawan dari kondisi ndeso.

Lha cah Singapor kok ndeso. Itu lebih parah dari cah Jakarta yang ndeso. Lebih menyedihkan dari cah asli ndeso yang kamso gombal mukiyo.

Dimana letak ndesonya perilaku Kaesang? Tentu ada banyak tapi sementara cukup satu yang dipaparkan di sini, lainnya pasti banyak disebut oleh kelompok orang yang disasar cap ndeso di vlognya Kaesang.

Jujur saja dengan blak-blakan harus diungkapkan kalau tampang Kaesang itu ndeso. Sesama lelaki saja bisa merasakan tampang Kaesang ndeso, apalagi penilaian para gadis.

Sedangkan anak-anak desa jaman sekarang, dari yang kelahiran mulai tahun 90an sudah mulai klimis-klimis, ngganteng-ngganteng. Ini anak kelahiran kota, pas lahir bapaknya sudah jadi pengusaha, kok tampangnya ndeso.

Itu penilaian secara fisik, karena yang dilihat pertama kali dari seseorang itu kan memang fisiknya.

Sisi lain ndesonya Kaesang adalah sebagai pemuda berpendidikan luar negeri (Singapor) dan masih berdomisili seringnya di Singapore, yang menurut Kaesang sendiri harusnya bermutu tinggi, kalau balik ke Indonesia mampu membangun negeri, ternyata Kaesang sendiri belum mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun