Mohon tunggu...
Mikhael Dewanto Sihombing
Mikhael Dewanto Sihombing Mohon Tunggu... lainnya -

Freelance Graphic Designer | Communication Science | Professional Afro | The Shed End | Milanisti | David Luiz | Up The Chels #CFC #KTBFFH #CTID #ForzaMilan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rambat, Sang Penggerak Shelter Gondang Dua (Gondang Pusung) Jogjakarta

19 November 2013   20:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:56 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Rambat, saat ditemui dikediamannya di Shelter Gondang 2 desa Wukirsari

Letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 membuat banyak orang yang hidup dilereng Gunung Merapi kehilangan keluarga, rumah dan pekerjaanya. Paska erupsi itu mereka selalu berpindah-pindah dari barak pengungsian satu ke barak pengungsian lainnya. Tempat tinggal yang sejak lahir mereka tinggali kini telah menjadi hamparan material vulkanik. Mereka sudah tidak bisa lagi menghuni daerah tersebut. Pemerintah menyebut bencana ini merupakan bencana nasional. Akhirnya pemerintah merelokasi korban yang kehilangan tempat tinggal ke shelter-shelterdi dusun Gondong Pusung, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan.

Rambat selaku ketua RT di Desa Wukirsari ini telah menjadi seorang yang berjuang untuk mengembalikan kehidupan masyarakat. Semenjak adanya letusan Gunung Merapi, masyarakat desa ini tidak mempunyai pekerjaan guna membangun hunian tetap atau bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagai salah satu pengurus desa, Ia telah memberikan tenaga dan pemikirannya dalam membangun kembali desa ini.

Berbagai upaya telah dilakukan demi membangun kembali kehidupan desa ini. “Selaku ketua RT di desa ini, telah menjadi kewajiban saya membangun kembali desa ini. Saya, warga dan berbagai instansi yang turut serta bersama-sama bergotong royong untuk memulihkan kembali kehidupan desa.” kata Rambat saat ditemui di kediamannya.

Shelter Gondang 2 merupakan shelter yang menjadi tempat tinggal masyarakat yang menjadi tanggung jawab Rambat. Keadaan sosial di Shelter Gondang 2 ini telah mengalami perubahan. Masyarakat yang dulu memiliki lahan untuk bertani dan berternak kini hanya mengandalkan dari penambangan pasir yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Melalui penambangan pasir ini masyarakat mendapatkan hasil yangdigunakan untuk menambah biaya hidup dan pembangunanhunian tetap. Ia membuat sistem pekerjaan sip-sipan atau bergantian., waktu kerja 24 jam yang terbagi menjadi 2 kelompok kerja, masing-masing kelompok bekerja selama 12 jam.

Sebagai orang yang bertanggung jawab atas penambangan pasir di Wukirsari, Ia harus ikut terjun langsung dalam melakukan pengawasan terhadap aktifitas ini. Tangannya bahkan tak pernah lepas dari HT yang digunakan untuk memantau penambangan pasir, mengingat resiko yang cukup tinggi dalam kegiatan penambangan pasir. “Bekerja di penambangan pasir ini sangat beresiko, sewaktu-waktu bisa saja terjadi kecelakaan sehingga kami harus waspada. Kami harus saling berkomunikasi dengan semua unsur yang bekerja di penambangan ini.” Paparnya.

Pembangunan Hunian Tetap

Keluhan masyarakat tentang hunian tetap yang sampai saat ini belum siap ditempati menjadi hal yang paling sering didengarnya. Namun kekurangan dana ini menjadi faktor utama hunian tetap belum siap huni. Bantuan dana dari pemerintah daerah memang sudah berhenti sejak pertengahan tahun 2012. Hanya bantuan listrik saja yang menjadi bantuan terakhir yang disumbang pemerintah daerah. Rambat telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkankan kembali dana pembangunan dari pemerintah daerah, namun dana yang diinginkan tak kunjung disepakati.

Mendapatkan kenyataan ini tidak membuat Ia kehilangan akal, hasil dari penambangan pasirpun disisihkan untuk dana pembangunan hunian tetap selain itu Ia juga membentuk kelompok bagi Ibu-ibu untuk membuat kerajinan tangan dan makanan/ cemilan yang bekerja sama dengan mahasiswa UGM sebagai fasilitator bagi kelompok ini. Semua ini dilakukannya demi kembalinya kehidupan masyarakat di Shelter Gondang 2. Selain itu kekurangan tukang juga menjadi kendala dalam proses pembangunan, sehingga Ia juga membuat pelatihan tukang untuk bapak-bapak agar proses penyelesaian dari hunian tetap ini bisa segera terselesaikan. Pelatihan tukang ini memang banyak membantu proses penyelesaian hunian tetap namun sekali lagi kekurangan dana pembangunan menjadi faktor penghambat dalam penyelesaianya sampai sekarang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun