Komunikasi politik antara PDIP dengan Golkar sudah semakin intens untuk mewujudkan koalisi.
Entah apa yang ditawarkan ARB jika PDIP bersedia berkoalisi dengan Golkar. Yang pasti bukan kesamaan visi dan misi karena jika mereka punya kesamaan visi dan misi, tentu sudah dari awal mereka akan berkoalisi bukan pada saat seperti sekarang ini.
Seperti yang kita tahu bahwa ARB pada awalnya adalah capres dari Golkar dan karena tidak mendapatkan suara yang cukup untuk memenuhi Presidenthial Threshold, maka ARB begitu tersuruk suruk kesana kemari untuk bisa mengajak partai yang mau berkoalisi dengan Golkar dengan asumsi ARB tetap menjadi capres tapi apa mau dikata sampai saat ini belum ada satu partaipun yang mau berkoalisi dengan Golkar. Bukan hanya partai partai saja yang tidak mau berkoalisi dengan Golkar, banyak tokohpun menolak ARB untuk dijadikan cawapresnya.
Sampai ketika bertemu dengan capres Gerindra yaitu Prabowo, ARB rela merendahkankan diri untuk bersedia menjadi cawapres Prabowo padahal menurut hasil rapimnas Golkar adalah mengusung ARB menjadi capres bukan cawapres. Jadi selain merendahkan diri, ARB juga telah mengkhianati anggota Golkar yang mendukungnya menjadi capres bukan cawapres. Jelas kelihatan bahwa ARB sangat begitu haus kekuasaan sehingga tidak pernah terpikir untuk menjaga gengsi, martabat dan amanah anggotanya sendiri apalagi terpikir untuk menjadi oposisi.
Setelah begitu banyak penolakan oleh hampir semua tokoh yang didekati maka ARB mendekati PDIP yang awalnya pernah menawari Jokowi untuk menjadi cawapres ARB tapi tidak pernah ditanggapi oleh PDIP. Setelah mereka berbicara panjang lebar atas nama penyamaan visi dan misi maka sekarang mereka berencana untuk berkoalisi.
Jika Golkar dan PDIP setuju untuk berkoalisi. Mungkinkah kali ini ARB menawarkan diri menjadi cawapres Jokowi atau kali ini malah hanya menjadi menko atau bahkan kepala dinas saja juga ga masalah begitu?
Ketika Jokowi mengumumkan bahwa ia ingin pemerintahan dengan konsep profesional dan menolak sistem pemerintahan transaksional, saya yang dari dulu selalu Golput mulai tertarik dan mau mendukung Jokowi untuk menjadi capres. Karena sistem pemerintahan profesional mungkin akan menjadi lebih baik daripada sistem pemerintahan transaksional yang sangat tidak mementingkan rakyat, hanya mementingkan diri sendiri dan partainya saja sehingga membuat mereka cenderung korup. Jangankan mementingkan rakyat, berpikir untuk rakyat saja mereka mungkin tidak pernah. Masih ingat dengan pertanyaan menteri seperti ini "kalau internetnya cepat mau dipakai buat apa?". Pertanyaan itu yang sangat menyinggung netizen, pak menteri!!! Sudah banyak contoh kegagalan kabinet transaksional SBY. Dari mulai pejabat rendah sampai yang setingkat menteripun korup.
Jika Jokowi ingin benar benar menerapkan kabinet profesional bukan kabinet dari hasil dagang sapi tapi dengan menggandeng ARB yang mempunyai track record seperti itu adalah hal yang sangat aneh. Saya yakin dan saya juga sangat tidak percaya bahwa ARB benar benar ingin mementingkan rakyat. Karena jika ARB benar benar ingin mementingkan rakyat maka kasus lumpurnya sudah selesai dari dulu dan tidak bertele tele sampai sekarang. Apalagi dengan statementnya yang mengatakan itu bukan proses ganti rugi tapi proses jual beli.
Apakah Jokowi dan PDIP takut kalah jika tidak menggandeng Golkar?
Jangan takut kalah pak...!!!
Apalagi jika anda yakin bahwa rakyat sudah mendukung anda. Walaupun jika sampai tejadi anda kalah dalam pilpres karena tetap berpegang teguh untuk membentuk pemerintahan yang bersih maka para pendukung anda akan tetap dibelakang anda...!!!!