Ahok memilih jalur yang sangat rentan dengan kekalahan, karena tidak ingin mengecewakan pendukung awalnya yaitu Teman Ahok.
Ahok tidak ingin mengecewakan harapan anak anak muda yang sudah menunjukan kerja keras dan semangat, supaya negeri ini bisa bangkit dari keterpurukan akibat ulah orang orang parpol yang kian hari tidak semakin membaik.
Jadi yang mempunyai beban besar adalah komunitas Teman Ahok. Mereka bukan hanya harus bekerja keras mengumpulkan KTP saja, tapi harus memikirkan untuk biaya kampanye dan bisa menyakinkan masyarakat DKI bahwa Ahok adalah pilihan yag tepat untuk menjadi pemimpin DKI.
Di pihak lain, diseberang sana ada yang terus “mengompori” PDIP supaya makin panas dan tidak lagi mau mendukung Ahok. Begitu banyak isu yang ditebarkan oleh pihak lain yang bisa bikin merah kuping orang PDIP.
Walaupun saya yakin PDIP tidak mudah terpengaruh oleh “kompor” itu, namun bukan berarti PDIP akan mudah tunduk terhadap kemauan Ahok atau TA.
***
Ini politik cuyyy...
Dimana semua pihak berjuang untuk kepentingan masing masing bukan sekedar pertemanan biasa. Dukung mendukung pasti ada harga yang harus dibayar. Bukan cuma sekedar mahar aja diributkan tapi ada banyak kepentingan lainnya.
Patut diingat, yang jelas parpol berjuang bukan untuk rakyat tapi untuk kelompoknya sendiri.
Kilas balik sebentar...
Jika melihat sepak terjang Ahok yang dianggap sebagai kutu loncat atau istilah apapun untuk mendiskreditkannya, seharusnya tidak heran jika Ahok mengambil keputusan tersebut.