[caption caption="http://matapolitik.com/index.php/2015/07/02/gerindra-sulsel-dituding-terima-mahar-politik/"][/caption]
Gerindra Sulsel Dituding Terima Mahar Politik
Parpol gerah dengan penolakan Ahok yang memilih jalur independen. Penolakan Ahok saja sudah membuat PDIP berang. Yang kemudian memuncul istilah baru lucu yaitu Deparpolisasi yang intinya menuding Ahok ingin menghilangkan partai. Saking berangnya bahkan sampai Megawati memerintahkan kadernya untuk melawan Ahok, yang lebih memilih jalur independen.
Belum lagi ditambah bumbu penyedap rasa ketika Ahok beralasan enggan diusung parpol karena harus ikut membiayai mesin parpol untuk bisa maju sebagai calon gubernur DKI. (Hahahaaa....)
Istilah deparpolisasi bisa juga diartikan, semakin banyak rakyat yang jemu melihat tingkah laku para elite politik. Oleh sebab itu masyarakat seakan ingin memberi "hukuman dan warning" kepada parpol.
Hal itu jelas sebuah kenyataan yang tidak bisa ditutup tutupi lagi. Sudah terlihat pada pileg dan pilkada serentak yang diadakan beberapa waktu lalu. Seberapa besar antusias masyarakat pada pileg dan pilkada. Seberapa besar orang yang dengan berbagai alasan lalu golput?
Mestinya, parpol berterima kasih sudah diberi "warning serta hukuman" dari publik dan menjadikan hal ini sebagai momentum para elite parpol untuk sadar lalu melakukan introspeksi dan melakukan pembenahan diri.
Bukan malah ngambek seperti anak kecil, yang sewaktu tidak diikuti kemauannya lalu menganggap dirinya tidak dibutuhkan lagi... Keliatan childist banget cuyyy...
Karuan saja, masyakarat yang sudah makin melek politik tahu bahwa pernyataan deparpolisasi adalah blunder konyol yang dilakukan oleh kader PDIP. Saking malunya sampai sampai orang PDIP membuat klarifikasi , Kompas.com Klarifikasi PDIP Soal Penyebutan Deparpolisasi.
Tidak mendapat celah mendiskreditkan Ahok dengan cara istilah Deparpolisasi, kemudian orang parpol membuat manuver baru, yaitu mempersoalkan mahar politik yang mereka anggap, Ahok yang mengatakan itu.
Di era digital sekarang ini, semua kejadian akan tercatat dan sangat mudah untuk dicari. Kalau seorang tokoh sudah berkata dan dimuat di media, tidak bisa lagi mengelak. Kecuali wartawan yang memang salah mengetik atau salah mengartikan.