Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sekarang Saja, 50 Orang Mati Tiap Hari, Masih Mau Membela Bandar Narkoba?

16 Mei 2015   04:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:58 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak Presiden Jokowi memutuskan untuk mengeksekusi para bandar narkoba yang sudah mendapat vonis hukuman mati. Seharusnya para bandar narkoba mulai sekarang berpikir ulang lagi untuk mengedarkan dan memasok barang haram itu di negeri ini, terutama bandar narkoba orang asing.

Berbeda dengan pemerintahan yang sebelumnya yang sering memberi diskon hukuman untuk para bandar narkoba. Pada pemerintahan sekarang -yang dipimpin oleh presiden terpilih Bapak Jokowi Widodo- para bandar narkoba sama sekali tidak diberi ampun.

Dengan Revolusi Mental yang dicanangkan sejak kampanye pilpres, Presiden Jokowi benar-benar ingin supaya bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Oleh sebab itu, generasi penerus bangsa ini harus benar-benar bersih dari narkoba.

Bagaimana bangsa ini bisa menjadi bangsa yang besar dan baik jika generasi penerus sudah dirusak oleh narkoba?

Bisa dibayangkan, setiap hari ada 50 orang mati karena narkoba, berarti ada 18.000 orang dalam waktu satu tahun. Ada 4.500.000 orang yang dalam proses rehabilitasi, dan ada 1.200.000 orang yang sudah kartu mati alias tidak bisa lagi direhabilitasi. Artinya sudah ada 1.200.000 yang sedang menunggu ajal karena narkoba!

Jika dengan angka hitungan yang sekarang dan datanya statik atau tidak bertambah maka dalam waktu 10 tahun, akan ada 180.000 orang yang mati karena narkoba. Tapi apa mungkin angka tersebut tidak akan bertambah? Karena, angka pengguna dan korban narkoba dari tahun ke tahun tidak mengalami penurunan tapi justru makin bertambah. Apalagi jika kita dan semua elemen masyarakat cuek dan diam saja tidak membantu pemerintah untuk memerangi narkoba.

Yang paling parah dan bikin miris, jumlah korban narkoba yang terbanyak adalah anak muda. Ini yang sangat berbahaya bagi bangsa ini.

Karena akan jadi apa negeri ini, jika semakin banyak generasi muda yang hancur oleh narkoba? Siapa nanti yang akan meneruskan populasi negeri ini? Dan semakin besar kemungkinannya anak-cucu kita nanti yang akan terkena atau menjadi korban narkoba!

Memang benar hukuman mati belum tentu akan membuat jera para bandar narkoba, tapi ini sangat pantas untuk dicoba. Karena dengan menunda hukuman mati sudah sangat jelas terbukti para bandar narkoba semakin bertindak semaunya.

Telah terbukti bahwa dengan menunda hukuman mati dan memberi diskon hukuman, justru membuat para bandar narkoba menganggap enteng hukum negeri ini. Dan mereka malah makin asyik memproduksi dan bertransaksi narkoba di dalam lapas. Karena justru di dalam lapas mereka akan lebih aman.

*****

Saya bukannya mau menjelekkan pemerintahan yang lalu, tapi terkait kasus narkoba, ini adalah bukti nyata perbedaan kebijakan pemerintahan yang lalu dengan yang sekarang.

Bisa dilihat dari kasus Schapelle Corby, Sang Ratu Mariyuana, setelah pemerintah kita diiming-iming bantuan ala kadarnya oleh Australia, lalu memberikan diskon hukuman kepada Sang Ratu Corby. Yang konyolnya, Corby lalu berpesta pora untuk merayakan kebebasannya di sebuah Villa mewah (Vila Sentosa Seminyak Spa and Sentosa Salt Tapas, Bali).

Itu merupakan ejekan yang memalukan dan seharusnya itu adalah tamparan keras buat pemerintah kita tapi apa tindakan pemerintah saat itu? Nol Besar!

Pemerintah kita yang dulu begitu lemah dan sangat toleran terhadap bandar narkoba terutama para bandar narkoba bangsa asing karena pemerintah yang dulu sangat mudah dirayu dengan bantuan, takut dikecam dan takut diintervensi oleh bangsa asing.

Dan rasa takut itu adalah celah yang dijadikan kesempatan dan dimanfaatkan secara optimal oleh bandar narkoba. Para bandar narkoba berbondong-bondong dan berlomba-lomba memasok barang haram itu ke negeri kita tanpa kuatir dengan segala risiko hukumannya.

Para bandar narkoba dalam negeri juga berlomba-lomba mengimpor dan memproduksi narkoba dalam jumlah yang makin lama makin fantastis.

Berbeda jauh dengan pemerintah sekarang yang tidak ada kompromi dengan bandar narkoba dan tidak takut sama sekali dengan intervensi oleh pihak mana pun. Itu sebuah bukti bahwa Presiden Jokowi jauh lebih berani daripada presiden sebelumnya dan jauh lebih berani daripada yang orang kira.

Dan ini juga membuktikan bahwa Presiden Jokowi benar-benar ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan tidak takut dengan bangsa asing.

Ini bukti ketegasan Presiden Jokowi tentang pemberantasan Narkoba...


Lihat saja, beberapa waktu lalu, betapa Australia dengan menggunakan berbagai macam cara ingin menyelamatkan warga negaranya yang menjadi bandar narkoba.

Dari mulai merengek, mengejek, mengancam, bahkan melecehkan hukum negeri ini. Australia mungkin masih menganggap pemimpin negeri ini begitu mudah diakali, dirayu, dan diancam-ancam dan Australia tidak mengira bahwa Presiden Jokowi sangat berbeda dengan pemimpin yang terdahulu.

Presiden Jokowi sangat paham dan mengerti arti dari kedaulatan sebuah negeri yang merdeka sehingga Presiden Jokowi berani menegakkan hukum yang berlaku di negeri ini dan tidak mau diintervensi oleh bangsa mana pun!

Silahkan bangsa lain menggertak dan menarik pulang dubesnya tapi Presiden Jokowi tetap pada pendiriannya...! Jalankan eksekusi mati para bandar narkoba!

Sikap seperti inilah yang seharusnya patut kita banggakan, bukan malah menentangnya! Karena sudah terlalu lama bangsa kita selalu tunduk, dihina, dan dilecehkan oleh bangsa lain. Sekarang saatnya kita bisa berjalan dengan menegakkan kepala!

Keberanian seorang Jokowi saja tidaklah cukup untuk memberantas narkoba dari negeri ini, karena perlu didukung oleh para penegak hukum yang masih sering berpihak kepada bandar narkoba.

Lihat saja kejadian di Pengadilan Negeri Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, tiga terdakwa dalam kasus narkoba seberat 6,8 kilogram, hanya dituntut paling lama 20 tahun penjara! (sumber)

Sebelumnya pada tahun 2013 lalu, ada empat orang bandar narkoba yang terbukti memiliki sabu seberat 16 kg, hanya dituntut dengan hukuman 20 tahun!

Yang paling ironi, tim penuntut umum yang diketuai Ety Sutiaty, SH ini, di penghujung tuntutannya memohon kepada majelis hakim agar menjatuhkan kurungan selama 1 bulan doang jika para terdakwa tidak mampu membayar denda sebanyak Rp 5 miliar. “Menuntut masing-masing terdakwa selama 20 tahun penjara, denda Rp 5 miliar, subsider 1 bulan kurungan,” pinta jaksa Ety Sutiaty kepada majelis hakim.

Satu bulan untuk denda 5 M? Duh, udah kepalang ada di lapas kali ya, mending tambah satu bulan aja dah daripada mesti keluar duit 5 M, kan?

Kejanggalan lain dapat dibaca di sebuah situs online yang memberitakan bahwa barang bukti yang berhasil diamankan oleh polisi sebanyak 44 kg dan 2200 butir ekstasi. “Pertama terhadap 2 orang kurir dengan barang bukti 16 kg sabu, selanjutnya barang bukti yang kita sita 28 kg sabu, ekstasi 2200 butir berwarna hijau,” kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Polri IV Brigjen Pol Arman Depari di Mabes Polri, kala itu, seperti dikutip dari situs online tersebut. (sumber)

Mengapa dalam sidang, barang buktinya cuma ada 16 kg? Ke mana sisa barang bukti yang 28 kg dan 2200 butir ekstasi? Jangan-jangan... (silahkan terka sendiri ya...)

Jadi kekonyolan seperti itulah yang perlu diawasi oleh masyarakat dan mesti segera diperbaiki. Melihat situasinya yang sangat mendesak seperti sekarang ini maka sudah saatnya DPR mau membuat perangkat hukum yang lebih tegas lagi untuk para bandar narkoba. Sehingga aparat penegak hukum, mulai dari polisi dan jaksa tidak bisa menerapkan pasal semaunya sendiri. Dan hakim juga tidak dengan mudah memberi alasan untuk meringankan hukuman terdakwa...

Penegakan hukum negeri ini sudah semakin parah, masyarakat kita sendiri sudah tidak percaya dengan hukum. Bagaimana dengan bangsa lain? Jika mulai sekarang tidak segera diperbaiki, maka ke depannya yang tinggal di negeri ini bisa jadi hanya pecandu narkoba saja!

****

Beberapa waktu lalu, polisi terlihat ingin “membuktikan secara serius” memberantas narkoba.

Ceritanya seru nih...


Polisi dengan gagah perkasa mendatangi lapas (biar keliatan keren dan hebat ngajak wartawan dong...) untuk menggeledah, (waktu itu sempet dihalangin sama penjaga lapas lho. Nah jadi, polisi itu beneran kelihatan hebat kan?), membongkar produksi narkoba dalam lapas dan menangkap gembongnya (sebenarnya gembong dan antek-anteknya itu, memang sudah dalam lapas kan? Jadi namanya ditangkap atau apa sih? #Nanya). Dan konyolnya, gembong narkoba yang ditangkap adalah terpidana mati pada kasus narkoba juga. (jadi mau ditambah hukuman apalagi ya? #NanyaLagi)

Mudah-mudahan saja tindakan polisi yang bak pahlawan super hero (bukan pahlawan bertopeng ala Sinchan) sebagai pembela kebenaran (inget nih, bukan pahlawan pembela kebetulan ya...)bukan cuma karena ada perwira yang mau promosi jabatan saja.

Mudah-mudahan saja, polisi sebagai ujung tombak penegak hukum, mau semakin aktif menghantam bandar narkoba. Karena dengan kecanggihan teknologi dan sumber daya yang dimiliki polisi saat ini, saya sangat yakin jika saja polisi mau, pasti bisa dengan mudah menjebloskan para bandar narkoba kedalam hotel prodeo!

Catatan :

***Apakah angka di atas itu masih kurang besar sehingga kita masih mau membela para bandar narkoba yang terbukti menghancurkan negeri dan generasi muda kita?

***Apakah mesti menunggu sampai ada anak cucu, saudara, kerabat dan sanak famili kita yang kena narkoba, baru kita mau membantu pemerintah memerangi narkoba?

***Berharap polisi dan para penegak hukum lainnya juga lebih serius untuk memerangi narkoba dan dengan demikian kita bisa membuktikan bahwa bangsa Indonesia bukan lagi bangsa ecek-ecek alias abal-abal sehingga tidak lagi bisa dihina dan dilecehkan oleh bangsa lain!

Salam Damai...


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun