Mohon tunggu...
Michael Sebastian Prihartono
Michael Sebastian Prihartono Mohon Tunggu... -

Gagal golput karena "Jokowi"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

3 Jari Menuju 5 Jari

25 Juli 2014   14:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:16 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1406248498690047744

“Lupakanlah 1, Lupakanlah 2, mari kita sambut Indonesia yang bersatu. Kita Kuat Karena bersatu, dan kita bersatu karena Kuat. Salam 3 Jari.”

Ungkapan dalam pidato kemenangan Presiden Terpilih Jokowi kira-kira begitu bunyinya... entahlah yang pastinya seperti apa karena saya hanya melihat point “Persatuan Indonesia” dalam ungkapan tersebut.

Seperti kita ketahui bersama Pemilihan Presiden telah selesai, pemenangnya pun telah ditentukan. Terlepas dari ada ketidakpuasan pihak yang dinyatakan kalah, yang jelas semua sudah berjalan dan Sang Presiden terpilih pun sudah mengisyaratkan islah (Rujuk).

Tapi tulisan saya tidak membahas soal hingar-bingar dan kisruh pasca-Pilpres karena bukan itu tujuan Pemilihan Presiden. Buat saya dan rakyat Indonesia mencapai 5 jari adalah poin utama, tapi 5 jari tidak akan bisa terwujud kalau 1 jari dan 2 jari tidak bergabung membentuk 3 jari, lalu tugas tiga jari adalah membuka jari ke-4 sampai jari ke-5.

Ungkapan ini sempat menjadi pertanyaan saat saya diskusi bersama beberapa sahabat-sahabat relawan di Bandung. Dan inilah penjelasan saya.

5 Jari adalah Sila ke-5 dari Dasar negara kita Pancasila, nah kan ada yang mulai nyambung dan baru mudeng (ngerti) arah pembicaraan saya... yah memang “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” itu adalah tujuan (goal) akhir dari perjuangan yang dilakukan oleh teman-teman yang mendukung capres masing-masing. Mau nomor 1 atau nomor 2, tapi kita yakin tujuan kita sama Keadilan Sosial untuk semua rakyat Indonesia.

Pancasila ibarat sebuah tangan berjari 5, dan ini yang membuat saya terkesima betapa bijaksana dan pintarnya “Founding Father Indonesia”. Mereka membuat urutan Pancasila yang sangat teliti dan berkesinambungan. Untuk dapat terbuka 5 jari kita harus membukanya satu per satu, dan ini sangat sistematis.

Karena saya hanya warga negara biasa, bukan pakar tata negara atau pengamat politik maka saya akan coba membedah itu menurut perspektif warga biasa.

Dasar utama suku-suku, ras, dan golongan yang ada di Indonesia saat itu untuk menyatukan diri yang pertama adalah pengakuan bahwa kita sama-sama mengimani Tuhan yang Esa, terlepas dari apa pun dan bagaimana cara beribadahnya.

Setelah bersepakat tentang pengakuan Tuhanyang Esa, maka Kemanusiaan yang Adil dan Beradab baru bisa terwujud, karena perilaku manusia yang adil dan beradab telah diajarkan di masing-masing kepercayaan. Adil bukan hanya dengan golongannyatapi seluruh manusia.

Keadilan dan Adab ini sangat diperlukan agar kita bisa bersatu seperti bunyi sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Karena tidak mungkin menyatukan Indonesia yang sangat plural apabila kita tidak bisa adil kepada seluruh Suku, Ras, Kepercayaan dan Golongan yang ada di Indonesia.

Kemudian setelah seluruh Komponen bangsa bersatu maka “Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” dilaksanakan dengan cara memilih wakil-wakil rakyat dan Presiden.

Maka tugas wakil rakyat dan Presiden terpilih adalah membuat “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Di sini jelas sekali bahwa yang harus diutamakan bukan golongan, partai, suku, agama dan ras tetapi seluruh rakyat Indonesia.

Mata rantai yang pernah terputus ini sekarang sudah mulai bertaut kembali. Fenomena “Jokowi” Presiden Rakyat membuktikan itu, bahwa saat ini seluruh elemen bangsa bersatu untuk memilih presidennya. Jokowi sangat mengerti hal itu maka beliau menyerukan bersatu antara nomor 1 dengan nomor 2 agar membentuk nomor 3 untuk menuju nomor 5.

Tugas Jokowi sebagai presiden terpilih adalah mewujudkan 5 jari, dan ini harus didukung penuh dengan kesadaran tinggi oleh kita rakyat Indonesia dengan membentuk barisan bukan sebagai pembela “Jokowi”, tapi sebagai pengawal amanah rakyat. Lupakanlah mereka yang masih mengerutu atas hasil Pemilihan Presiden, karena waktu kita akan terbuang sedangkan tugas masih banyak.

Ibarat buku, Kemenangan Jokowi ini barulah sampai tahap “Kata Pengantar”, Isi buku adalah kerja selama 5 tahun. Apakah buku ini akan menjadi “Best Seller” atau tidak itu bergantung bukan hanya kepada si Penulis ( Jokowi-JK ) tapi tugas para editor ( Rakyat ).

Mari bergotong royong bersama Jokowi-JK untuk membuat sebuah perubahan, di mana rakyat adalah penguasa dan kontrol sosial terhadap kekuasaan.

Salam 3 jari menuju 5 jari

Bandung, 25 Juli 2014

Michael S. Prihartono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun