Mohon tunggu...
Mikala Dias Zaidan
Mikala Dias Zaidan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dimana Letak dari Kebebasan itu?

14 Oktober 2024   22:23 Diperbarui: 14 Oktober 2024   22:45 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DIMANA LETAK DARI KEBEBASAN ITU?

Setiap makhluk hidup di muka bumi ini memiliki kebebasan, terkhusus manusia. Tapi pada kenyataannya terkadang kita sebagai manusia merasa bahwasanya kebebasan itu tidak ada, dikarenakan dalam bersosialisasi, melakukan aktivitas, dan dalam hal apa pun itu terdapat yang namanya aturan-aturan, baik aturan tertulis maupun tidak tertulis seperti norma. Padahal sebuah aturan ataupun norma. Hal ini memunculkan pertanyaan yang mendasar "Apakah kebebasan itu benar-benar ada?"

Penting untuk kita pahami apa itu kebebasan. Kebebasan sering kali didefinisikan sebagai hak atau kemampuan untuk melakukan apa yang diinginkan tanpa adanya paksaan. Namun, menurut banyak filsuf, kebebasan sejati bukanlah kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang diatur dan diarahkan menuju tujuan tertentu. Kalau kita pahami aturan-aturan yang ada dalam masyarakat sebenarnya bukan bertujuan untuk merenggut kebebasan, melainkan untuk menjaga dan mengarahkan kebebasan itu sendiri.

Dalam filsafat, terdapat beberapa pandangan utama mengenai kebebasan. Salah satu pandangan yang terkenal adalah pandangan dari filsuf Perancis, Jean-Paul Sartre, yang mengatakan bahwa "manusia dikutuk untuk bebas." Menurut Sartre, manusia adalah satu-satunya makhluk yang sepenuhnya bebas, karena kita memiliki kesadaran untuk menentukan pilihan kita sendiri. Namun, kebebasan ini datang dengan tanggung jawab. Dalam kebebasan memilih, kita juga harus siap menerima konsekuensi dari setiap keputusan yang kita ambil.

Pandangan lain datang dari Immanuel Kant, filsuf asal Jerman, yang mengajukan konsep kebebasan dalam kerangka moralitas. Kant berpendapat bahwa kebebasan adalah kemampuan manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip moral yang dipilih secara rasional. Bagi Kant, kebebasan tidak berarti melakukan apa saja tanpa batas. Sebaliknya, kebebasan berarti bertindak sesuai dengan aturan moral yang diakui oleh akal sehat. Dalam hal ini, kebebasan kita sejalan dengan tanggung jawab moral untuk menghormati kebebasan orang lain.

Di sisi lain, John Stuart Mill, seorang filsuf Inggris, melihat kebebasan dalam konteks utilitarianisme, yakni kebebasan yang didasarkan pada prinsip manfaat atau utilitas. Menurut Mill, kebebasan pribadi sangat penting, asalkan tidak merugikan kebebasan orang lain. Pandangan Mill ini mengajarkan kita untuk menghormati hak-hak individu, namun juga menjaga keseimbangan antara kebebasan pribadi dan kepentingan masyarakat.

Jika kita kembali pada kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah bertanya, "Apa tujuanmu kuliah?" dan dijawab dengan "Untuk membahagiakan orang tua." Jawaban ini mencerminkan bagaimana kebebasan kita seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti keinginan orang tua atau harapan diri sendiri. Namun, apakah ini berarti kebebasan kita terbatas? Belum tentu juga. Justru, faktor-faktor eksternal tersebut dapat memberi arah pada kebebasan kita.

Menurut teori kebebasan positif, yang dipopulerkan oleh Isaiah Berlin, kebebasan tidak hanya berarti kebebasan dari paksaan, tetapi juga kebebasan untuk mencapai sesuatu yang berarti. Dengan kata lain, kita dapat merasa lebih bebas ketika kita memiliki tujuan atau motivasi yang jelas. Dalam konteks ini, meskipun seseorang memilih untuk kuliah demi membahagiakan orang tuanya, ia tetap memiliki kebebasan karena ia sadar dan mengakui tujuan tersebut sebagai sesuatu yang bernilai.

Selain itu, aturan-aturan sosial dan norma yang ada dalam masyarakat sebenarnya berfungsi untuk menjaga kebebasan kita agar tidak berakhir dalam kekacauan. Aturan tersebut memastikan bahwa kebebasan satu individu tidak mengorbankan kebebasan individu lainnya. Dalam hal ini, aturan dan norma tidaklah mengekang kebebasan, melainkan melindungi kebebasan bersama. Misalnya, aturan lalu lintas membatasi kebebasan kita dalam mengemudi, tetapi tujuan akhirnya adalah untuk melindungi keselamatan dan kebebasan semua pengguna jalan.

Dalam perjalanan hidup, kebebasan bukanlah sesuatu yang statis atau absolut. Kebebasan adalah proses yang terus menerus berkembang seiring dengan pemahaman kita tentang dunia dan diri kita sendiri. Ketika kita semakin dewasa, kita mungkin menyadari bahwa kebebasan yang kita miliki bukanlah kebebasan yang sepenuhnya terlepas dari faktor-faktor eksternal. Kebebasan kita dihadapkan pada tantangan dan tanggung jawab.

Filsuf eksistensialis, seperti Sartre, mengajarkan bahwa kita adalah makhluk yang memiliki kebebasan untuk menentukan siapa diri kita. Namun, pilihan yang kita buat juga mencerminkan tanggung jawab kita terhadap diri sendiri dan orang lain. Dalam konteks ini, kebebasan berarti memilih untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, sambil tetap menghormati kebebasan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun