Ada analisa yang mengatakan bahwa kekurangan pasokan supply barang akan lebih sulit untuk ditangani dibandingkan kekurangan permintaan atas barang.Â
Permintaan yang rendah dapat distimulus secara ekonomi, melalui stimulus moneter misalnya melalui penurunan tingkat bunga sehingga masyarakat akan membelanjakan uang dibandingkan menyimpan di institusi keuangan.Â
Tetapi, permasalahan ketiadaan supply barang akan sulit untuk ditanggapi, karena aktivitas produksi barang tidak semudah dan secepat aktivitas keuangan. Tidak mudah untuk mencari alternatif sumber bahan baku dan tidak cepat untuk membuat suatu fasilitas produksi yang baru.
Stimulus fiskal contohnya dengan cara pemerintah memberikan insentif pajak maupun memprioritaskan pengeluaran untuk menggerakkan sektor yang terkena dampak juga tidak mudah.Â
Kebijakan fiskal adalah soal penerimaan dan pengeluaran negara, Pemerintah dituntut tanggap untuk melakukan penyesuaian terhadap postur penerimaan dan pengeluaran dalam APBN. Insentif pajak misalnya dalam bentuk penurunan tarif pajak sementara dalam waktu tertentu hingga terjadi pemulihan.Â
Menurunkan penerimaan pajak berarti disisi lain harus mengurangi belanja, dengan cara efisiensi dalam pengeluaran investasi pembangunan atau belanja operasional.
Intinya adalah mempertimbangkan kembali komponen belanja yang dapat menjaga ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Bukan tidak mungkin juga untuk mempersiapkan kemungkinan Indonesia sebagai destinasi lokasi produksi baru dalam sistem global supply chain, walaupun tidak cepat.
Beberapa kemungkinan akibat wabah corona, jika tidak dapat terpulihkan dalam waktu segera:
- Berhentinya proses produksi bahan baku di RRC dalam waktu yang lama
- Pabrik dan pembangkit listrik akan mengurangi pembelian bahan baku
- Berkurangnya ekspor ke RRC, memukul sektor pertambangan dan energi dengan komoditas bahan tambang seperti batu bara, logam dan mineral, bahan makanan, dan sebagainya
- Bisnis di sektor tersebut terpukul, menarik kebawah bisnis lain yang berkaitan dengan sektor tambang dan energi
- Berkurangnya aktivitas pariwisata, dampak negatif sektor turisme, pariwisata, dan penerbangan
- Pabrik yang berkaitan dengan pasokan bahan baku dari RRC tidak dapat beroperasi
- Berhentinya produksi dan kegiatan bisnis, menurunnya perusahaan penghasilan
- Pemutusan hubungan kerja masal
- Masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan
- Krisis sosial
- Terbentuknya global supply chain baru
- Munculnya kekuatan ekonomi yang tidak terduga
- Perubahan tatanan dunia
Bagi bisnis, respon yang dapat dilakukan adalah:
- Melakukan analisa dampak dari sisi besaran dan waktu dampak wabah
- Mempertimbangkan aspek-aspek yang dapat dilakukan dari sisi efisiensi dan menangkap peluang bisnis yang timbul
- Membuat plan A/B dan alternatif terkait skenario situasi kondisi yang mungkin dihadapi
- Memantau perkembangan dari wabah dan reaksi masyakarat dunia dari sinyal di pasar modal, dan sebagainya
Untuk masyarakat hendaknya dapat melakukan persiapan:
- Memprioritaskan simpanan atau investasi dalam bentuk likuid seperti uang tunai US Dollar dan last resort asset seperti Emas
- Menelaah kembali dan mengalokasikan kembali asset-aset keuangan
- Mengurangi belanja kepada hal-hal yang tidak dibutuhkan dan tidak urgent saat ini
- Jangan keluar dari pekerjaan saat ini, karena mungkin akan sulit mencari pekerjaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H