Mari kita berandai...
Andai guru-guru SMUN 70 dan SMUN 6 sudah bisa mengantipasi.
Andai guru-guru kedua sekolah yang selalu bertikai bisa berkordinasi dengan baik.
Andai murid-murid kedua sekolah yang masuk unggulan dan favorit ini lebih berahlak.
Andai...dan andai...
Dulu ketika SMUN 70 selalu tawuran dengan STM dan SMA manapun di sekitarnya.
Dewan guru memutuskan untuk memulangkan anak muridnya pada jam dua lewat.
Mereka diberikan esktra kurikuler dan dipulangkan ketika sekolah lain sudah pulang dari jam 1.
Sehingga murid-murid SMUN 70 pulang dalam keadaan letih karena belajar dan karena mengikuti ekstra kurikuler. Selebihnya mereka di jalan tidak bertemu dengan murid-murid sekolah lain karena jam pulang mereka berbeda.
Namun konsep ini menjadi tak berlaku, ketika hampir semua sekolah di Jakarta memulangkan anak muridnya pada jam yang bersamaan.
Masuk SMUN 70 dan SMUN 6 bukanlah hal yang mudah. Kedua sekolah ini masuk dalam jajaran sekolah unggulan dan favorit. Namun hal ini tidak menjamin akhlak para muridnya menjadi unggul.
Relokasi pun bukanlah solusi yang terbaik saat ini.
Saya pernah membaca bahwa murid-murid yang ‘nakal’ di Korea diwajibkan untuk mengikuti wajib militer. Padahal kenakalan mereka adalah karena kecanduan main game bukan tawuran.
Lalu apa yang bisa dilakukan saat ini?
Para guru dan orang tua dari kedua sekolah SMUN 70 dan SMUN segera rapatkan barisan dan berkordinasi.
Buat semacam jadwal kepulangan. Misalkan bulan Oktober atau minggu pertama Oktober, murid SMUN 70 dipulangkan lebih dahulu ½ jam dari murid SMUN 6. Selanjutnya bergiliran, murid-murid SMUN 6 dipulangkan lebih dahulu ½ jam dari murid SMUN 70. Setelah itu, para guru berkordinasi dengan kepolisian sekitar sekolah untuk melakukan clearing area. Tidak boleh ada satu muridpun yang berkeliaran.
Mungkin konsep ini sedikit memerlukan tambahan waktu dari para guru. Tapi ingat profesi guru tidak hanya berlaku di balik pagar sekolah. Namun menempel 24 jam di jiwa guru. Apalagi sekarang kesejahteraan guru sekarang jauh lebih baik sekarang.
Lalu apa fungsi orang tua? Sebagaimana guru, orang tua pun mesti berkordinasi dengan anaknya. Luangkan sedikit waktu untuk memantau keberadaan anak. Apakah anak harus selalu di rumah? Bukan, bukan itu maksud saya. Para orang tua pun memiliki kewajiban untuk memantau anaknya.
Jika para murid dari kedua sekolah ini atau sekolah lain masih saja tawuran. Saya mengusulkan, konsep pemerintah Korea perlu diberlakukan. Murid-murid yang terlibat tawuran agar diwajibkan masuk wajib militer bukan sekedar latihan militer untuk disiplin namun juga ditanamkan atau bahasa lainnya ‘brain wash’ agar mereka kembali menjadi murid yang baik. Libatkan pula psikolog dan pemuka agama. Semoga berhasil. Sebab mereka adalah masa depan bangsa kita.
Guru jadilah guru 24 jam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H