Hari ini tanggal 9 Desember adalah hari antikorupsi sedunia. Indonesia memakai slogan (jargon?) "Berani Jujur Hebat".
Kenapa saya merasa slogan itu malah seperti wujud apatis bahkan seperti meledek.
Mari kita menengok tokoh yang mengalami nasib 'apes' di beberapa waktu lalu. Terlepas mereka divonis bersalah oleh pengadilan, namun nasib mereka ('apes') karena bicara jujur.
Susno Duadji, ia berjanji akan berbicara JUJUR untuk membongkar nama-nama pejabat yang terlibat korupsi. Hasilnya? Ia pun dipenjara dengan berbagai dalih.
Antasari Azhar mantan ketua KPK sungguh BERANI menyeret siapapun pejabat bahkan rekannya di Kejaksaan Agung. Hasilnya? Ia dipenjara dengan kasus rekayasa. Kabar yang berhembus, Rani sang tokoh utama yang terlibat saat ini sudah menjadi pemilik salon dan beberapa usaha lainnya. Jangan tanya modalnya bersumber dari siapa dan bagaimana seorang caddy memiliki uang banyak.
Masih banyak lagi kasus 'apes' yang menimpa orang-orang yang BERANI JUJUR, dan dengan HEBAT-nya hukum malah menghukum mereka.
Bahkan beberapa wartawan yang BERANI mengungkap kasus korupsi yang terjadi malah diintimidasi hingga nyawapun melayang.
Maka maafkan saya jika menilai slogan "Berani Jujur itu Hebat" bak jargon yang meledek bahkan mengancam tokoh atau seseorang yang ingin bicara jujur untuk membongkar korupsi.
Pemberantasan korupsi di Indonesia memang ada tapi tebang pilih. Bahkan ada kesan koruptor yang ditangkap sangat bernuansa politis.
Tak heran jika tahun ini, Indonesia berada di peringkat 118 dari 176 negara index perception corruption.
Bahkan untuk ASEAN, Indonesia berada di peringkat 6 dari 8 negara anggota. Sungguh prestasi yang tak membanggakan tetapi memalukan.
Seorang dirut lembaga keuangan syariah mengatakan, kejahatan koruptor itu sungguh berlapis dosanya dan multiplier effect. Koruptor bukan saja menipu tapi juga menghancurkan perusahaan dan orang-orang sekitarnya.
Saat koruptor memberikan uang haram kepada keluarganya. Saat itulah ia telah menghancurkan kehidupan anak dan istrinya. Kehidupan keluarganya yang dihidupi dari uang hasil korupsi menjadi tidak berkah.
Dan bila korupsi terjadi pada anggaran pendidikan maka dunia pendidikan pun menjadi terkena dampaknya. Dari mutu sekolah, bangunan sekolah dan akhirnya masa depan pendidikanpun menjadi rusak. Akibatnya masa depan negara pun hancur karena generasi penerus memiliki pendidikan yang rendah atau tak bermutu.
Akibat korupsi, Indonesia yang merupakan salah satu negara yang memiliki pantai terpanjang di dunia, garam pun impor. Akibat korupsi, Indonesia yang tanahnya sangat luas ketimbang Thailand dan Vietnam, justru mengimpor beras dari kedua negara tersebut. Masih banyak lagi dampak yang merugikan dan menyakitkan akibat korupsi.
Bila dulu pemerintah menyatakan komunis adalah bahaya laten. Maka menurut saya saat ini korupsilah yang menjadi bahaya laten. Berantas korupsi dari berbagai lini dan jenis. Dari jenis korupsi waktu hingga korupsi uang.
Caranya? Bukan sekedar membuat slogan atau jargon baru atau tebang pilih. Hukum koruptor seberat-beratnya, ambil kembali apa yang mereka korupsi. Hukum aparat hukum dari polisi, jaksa, hingga Hakim dengan hukuman yang sangat berat. Kalau perlu pasang wajah mereka diberbagai media. Perlakukan mereka bak penjahat. Contoh China dan Korea yang menerapkan hukuman berat kepada koruptor. Hasilnya, kedua negara itu berhasil menjadi macan asia sesungguhnya. Bukan menjadi macan ompong yang tak pernah berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H