“Buka HP, pasti bukanya TikTok”, sekarang semua hal bisa dilihat dari Tik Tok. Platform media sosial yang telah merevolusi cara orang berinteraksi dan berbagi konten. Kini Tik Tok juga menjadi sumber informasi, dimana semua hal bisa disebarkan melalui Tik Tok. Tik Tok menggunakan algoritma yang dipersonalisasi dan dirancang dengan pendekatan yang berfokus pada pengguna. Pendekatan ini menimbulkan kekhawatiran terkait dampak yang ditimbulkan terhadap fungsi kognitif dan perilaku pengguna. Dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan, algoritma yang dipersonalisasi TikTok menimbulkan kekhawatiran mengenai efek negatif yang mungkin ditimbulkan, terutama di kalangan generasi muda.
Algoritma Personalisasi dan Kesehatan Mental
Algoritma TikTok dirancang untuk memberikan rekomendasi konten yang sesuai dengan preferensi pengguna berdasarkan interaksi sebelumnya. Hal ini menciptakan "information cocoon" di mana pengguna hanya terpapar pada konten yang memperkuat pandangan mereka. Penelitian oleh Pan (2023) menunjukkan bahwa efek ini dapat mengurangi eksposur terhadap perspektif yang berbeda, berpotensi memperburuk kesehatan mental.
Kecanduan Media Sosial yang Meningkat
Data terbaru dari laporan We Are Social (2024) menunjukkan bahwa 73,5% pengguna internet di Indonesia berusia 16-64 tahun menggunakan TikTok, dengan mayoritas menghabiskan lebih dari 6 jam per hari di platform tersebut. Penggunaan yang berlebihan ini berisiko tinggi menyebabkan kecanduan, terutama di kalangan remaja. Xu dkk. (2024) menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari 4 jam sehari di TikTok mengalami penurunan kemampuan kognitif dan peningkatan gejala kecemasan.
Ilustrasi remaja kecanduan media sosial. Sumber: freepik.com

Dampak pada Pola Tidur
Penggunaan TikTok yang berlebihan juga berdampak pada pola tidur pengguna. Penelitian oleh Maulida dkk. (2024) menemukan bahwa menatap layar ponsel terlalu lama dapat menyebabkan penundaan waktu tidur, yang berdampak pada kualitas tidur dan kesehatan mental secara keseluruhan. Pengguna yang terpapar cahaya biru dari layar sebelum tidur cenderung mengalami gangguan tidur.
Ilustrasi dampak pada pola tidur. Sumber: freepik.com
Krisis Identitas dan Keterasingan Sosial

TikTok sering kali menampilkan standar kecantikan dan gaya hidup yang tidak realistis, yang dapat memicu perasaan rendah diri dan krisis identitas di kalangan penggunanya. Fenomena "cancel culture" di platform ini juga dapat membuat pengguna menjadi sasaran kritik publik yang masif. Selain itu, meskipun TikTok dapat menghubungkan orang-orang, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan keterasingan sosial, di mana pengguna lebih banyak berinteraksi dengan konten digital daripada dengan orang-orang di sekitar mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI