Mohon tunggu...
Mikael Gunawan
Mikael Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya adalah pelajar yang aktif dan ingin cari tahu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Chat GPT, Sarana atau Awal Kehancuran?

8 November 2024   20:04 Diperbarui: 8 November 2024   21:43 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

"Chat GPT atau model bahasa AI sejenis adalah sistem kecerdasan buatan yang dirancang untuk memahami dan menghasilkan teks secara natural, seperti manusia. Model ini menggunakan teknologi deep learning dengan arsitektur bernama *transformer*, yang memungkinkan pemrosesan dan pemahaman konteks dalam teks, sehingga dapat merespons percakapan dengan cara yang alami dan relevan. Model bahasa ini dilatih dengan mengolah miliaran contoh teks dari berbagai sumber internet, sehingga mencakup banyak topik mulai dari ilmu pengetahuan hingga percakapan sehari-hari. Melalui pemrosesan data dalam jumlah besar, model ini mampu mengenali pola dan hubungan dalam teks, serta mempertahankan konteks pembicaraan, sehingga menghasilkan respons yang lebih sesuai dan terstruktur. Teknologi ini memungkinkan AI untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk asisten virtual, alat bantu pembelajaran, atau dukungan pelanggan, dan dapat diakses secara mudah dalam bentuk chatbot atau platform lainnya."

Rangkaian paragraf diatas adalah paragraf yang digenerasikan oleh AI Language Model, Chat GPT, hanya dengan memasukkan prompt singkat yang memintanya untuk men-generasikan sebuah paragraf dan dalam hitungan detik paragraf itu akan langsung dibuat. Tidak dapat dipungkiri, kecanggihan teknologi AI ini sangatlah modern dan fungsional dalam kehidupan kita sehari-hari. Hanya dengan beberapa detik saja, semua informasi dalam sebuah jurnal yang memiliki ratusan halaman dapat dirangkum dengan rapi sesuai dengan pertanyaan apa yang ingin kita ketahui. Ingin membuat cerita pendek, atau sebuah teks anekdot? Tak masalah! tinggal memasukkan tema dan apa yang ingin kita bahas dalam sebuah teks dan dalam hitungan detik, paragraf-paragraf dari teks tersebut sudah tersusun rapi di layar laptop. Kemampuan Chat GPT ini sangatlah tak terbatas ditambah dengan internet yang semakin lama semakin cepat berevolusi, sudah bukan khayalan lagi jika dalam beberapa dekade ke depan manusia semakin tersingkirkan dengan teknologi. Tidak dapat dipungkiri, Chat GPT sangat membantu dan menjadi sarana untuk mengetahui apapun dengan sangat instan dan mudah. Tetapi tak jarang juga Chat GPT disalahgunakan di kehidupan sehari-hari. Akhir-akhir ini tak jarang jika kita mendengar cerita bahwa banyak yang menggunakan bantuan AI seperti Chat GPT atau sejenisnya untuk masuk ke perguruan tinggi. 

Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Tidak bisa jika kita mem-boikot atau menolak mentah-mentah Chat GPT ini.  Jika kita melakukan hal tersebut sama saja kita menolak perubahan, dan di dalam dunia modern ini kita akan gampang sekali tersingkir jika menolak perubahan. Menurut opini saya pribadi, justru kita harus memberdayakan penggunaan Chat GPT ini. Terlepas dari segala efek negatif yang ditimbulkan oleh Chat GPT, sebenarnya mesin ini sangat membantu dan berguna bila dijadikan sarana untuk melengkapi dan mempermudah kehidupan sehari-hari. Seperti contohnya, untuk kepentingan sekolah. Chat GPT memiliki potensi besar untuk mendukung proses pembelajaran, baik bagi pengajar maupun peserta didik, karena dapat digunakan sebagai alat bantu yang fleksibel dan responsif di berbagai tingkatan pendidikan. Bagi pengajar, Chat GPT dapat berfungsi sebagai asisten yang membantu merancang materi pelajaran, menyusun soal, dan merespons pertanyaan murid secara cepat. Dengan menggunakan Chat GPT, pengajar bisa menghemat waktu dalam menyiapkan bahan ajar yang menarik, mendalam, dan bervariasi, termasuk mencari sumber tambahan untuk memperkaya topik yang diajarkan. Alat ini juga mampu memberikan ide untuk metode pembelajaran inovatif yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelas, sehingga pengajar dapat mengembangkan pendekatan yang lebih interaktif dan adaptif terhadap gaya belajar murid yang berbeda-beda. 

Bagi peserta didik, Chat GPT menjadi mitra belajar yang selalu siap sedia, membantu mereka memahami materi yang sulit, memberikan penjelasan tambahan, atau bahkan membantu dalam mengerjakan latihan soal. Dengan kemampuannya mengakses berbagai pengetahuan secara luas, Chat GPT dapat digunakan untuk membimbing siswa dalam penelitian, membantu mereka menemukan informasi relevan, mengasah keterampilan berpikir kritis, atau melatih kemampuan bahasa dengan percakapan interaktif. Terlebih lagi, siswa dapat menggunakan Chat GPT untuk mempelajari keterampilan baru secara mandiri di luar jam belajar formal, memungkinkan mereka untuk belajar sesuai kecepatan masing-masing dan mengembangkan minat yang lebih mendalam terhadap pelajaran yang mereka sukai. Dengan dukungan yang terjangkau dan dapat diakses kapan saja, Chat GPT berperan sebagai alat bantu belajar yang memperkaya pengalaman pendidikan, mendorong kemandirian, dan mendukung pencapaian akademik peserta didik serta memudahkan tugas para pengajar.

Negara-negara maju telah membuka pintunya untuk menggunakan Chat GPT sebagai sarana penunjang untuk belajar bagi peserta didik/ asisten pengajar bagi para pengajar. Prof. Stella Christie, Wakil Kementerian Pendidikan bahkan pernah mengungkapkan fakta bahwa dirinya, seorang guru besar di Tsing Hua University, salah satu universitas paling bergengsi di seluruh dunia menggunakan Chat GPT sebagai sarana untuk mencari informasi baru. Jadi dari sini dapat disimpulkan bahwa penggunaan Chat GPT tidak selamanya membawa dampak negatif, terutama jika penggunaannya ditempatkan dengan bijak sebagai sarana, bukan tujuan akhir. Ketika Chat GPT dimanfaatkan sebagai alat bantu, ia menjadi mitra yang dapat memperkaya pengalaman kita di berbagai bidang, dari pendidikan hingga pekerjaan dan kreativitas. Dalam konteks pembelajaran, misalnya, Chat GPT dapat membantu mengurai konsep-konsep yang rumit, memfasilitasi latihan soal, serta menyajikan penjelasan alternatif yang membantu siswa dan pengajar memahami topik secara lebih mendalam. Dengan demikian, Chat GPT berperan sebagai pendukung yang mampu mempercepat proses belajar, memberi kesempatan bagi pengguna untuk mengeksplorasi gagasan yang lebih luas, serta menginspirasi pendekatan kreatif dalam pemecahan masalah. Ini memberi ruang bagi pengajar dan peserta didik untuk memperkaya pengetahuan mereka tanpa merasa tergantung sepenuhnya pada teknologi.

Namun, penting untuk diingat bahwa Chat GPT hanya mengolah informasi berdasarkan data dan pola bahasa yang pernah dipelajari; ia tidak memiliki kesadaran, perspektif, atau pemahaman yang dalam seperti manusia. Penggunaan Chat GPT secara berlebihan, atau menganggapnya sebagai sumber kebenaran mutlak, dapat menghambat perkembangan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan penalaran manusia. Maka dari itu, peran Chat GPT sebaiknya ditempatkan sebagai sarana pelengkap, yang memperkaya proses kreatif dan produktif kita tanpa mengurangi nilai-nilai kemanusiaan. Dengan menjadikan Chat GPT sebagai sarana, kita dapat mengambil manfaat dari kemampuannya untuk membantu menyederhanakan tugas yang kompleks atau memberikan inspirasi, namun tetap mengandalkan kemampuan intelektual dan kritis kita sebagai pemandu utama dalam membuat keputusan.

Sebagai alat yang dirancang untuk memperluas jangkauan pengetahuan, Chat GPT juga membantu menciptakan akses informasi yang lebih merata dan dapat mendukung pengembangan keterampilan, terutama dalam dunia yang serba cepat dan dinamis. Namun, pemanfaatan Chat GPT secara optimal memerlukan kedewasaan dalam mengelola informasi yang diterimanya. Chat GPT menjadi alat yang sangat berdaya guna bila kita sebagai pengguna mengarahkan perannya dengan tepat---menggunakannya untuk mempercepat proses, mendorong eksplorasi, dan menggali ide-ide baru, tanpa mengabaikan peran kita sebagai pengambil keputusan yang bijaksana. Dengan demikian, Chat GPT berfungsi sebagai katalis yang mendorong kemampuan kita, bukan pengganti dari intelektualitas dan nilai-nilai manusia yang mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun