Mohon tunggu...
Mika Jackie
Mika Jackie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya Sekedar Hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Tak Terbalaskan

22 September 2016   00:00 Diperbarui: 22 September 2016   01:02 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepada Bumi

Hai, Bumi. Ku sampaikan sapaan hangat ini kepada sahabatku, Bumi. Mungkin hanya beberapa tahun aku lahir ke dunia ini, tetapi engkau menerimaku hingga saat ini. Kabarku saat ini baik sekali. Bagaimana dengan kabarmu? Ku harap engkau selalu baik. Aku bersyukur bisa menulis surat ini kepadamu. Mungkin surat ini tidak akan kemana-mana tetapi aku harap engkau memahaminya.

Hari ini ada beberapa hal yang ingin kusampaikan padamu. Mungkin beberapa hal ini sangat penting untuk disampaikan. Yang pertama, selama 16 tahun lebih ini aku sangat berterima kasih bisa engkau terima sebagai keluarga dan hidup dalam naunganmu. Entah apa jadinya jika engkau tidak menerimaku untuk berdampingan denganmu. Mungkin aku tidak akan hidup di dunia ini, di dalam naunganmu. Aku juga engkau rawat dengan udara segar, engkau melindungiku dari sinar matahari, engkau memberiku hujan disaat udara sangat panas, dan meberiku hangat disaat aku kedinginan.  Jadi aku sangat berterima kasih kepadamu.

Yang kedua, aku ingin meminta maaf. Selama 16 tahun lebih ini, mungkin secara sadar maupun tidak, aku telah melukaimu. Aku tidak peduli dengan mu, aku merusakmu, aku membuang sampah sembarangan, aku merusak tanaman yang merupakan saudaramu juga, aku membakar sesuatu, aku mencemari air, dan banyak hal-hal yang menyakitimu. Aku tahu aku memang salah, sehingga aku meminta maaf. Tetapi sekali lagi maafkan aku. Terkadang aku tidak peduli padamu. Keegoisanku telah membutakanku. Sungguh aku meminta maaf atas segala perbuatan yang menyakitimu.

Yang ketiga, aku memohon kepadamu agar engkau mendoakan aku, Bumi. Dalam segala karyaku di dunia ini, terkadang aku putus harapan, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku kehilangan arah, aku merasakan bahwa hidupku sia-sia. Aku sangat butuh dukungan agar aku bisa tetap menjalani hidupku tanpa mengakhiri hidupku sebelum Tuhan memanggilku. Terkadang aku tertawa, terkadang aku di dalam keramaian, tetapi tawa itu hanyalah pelarianku dalam kesedihan, tetapi dalam keramaian aku masih merasa sepi. 

Yang keempat, sebagai seorang manusia biasa, tentu aku ingin engkau, Bumi, untuk tetap menyayangi kami para mahkluk hidup yang berada dalam naunganmu. Kami manusia mungkin saling berselisih, saling memanfaatkan, saling merusak satu sama lain, yang pada akhirnya engkau juga terkena imbasnya. Aku sebagai manusia juga takut akan kehilanganmu. Aku takut jika engakau tidak menyayangi kami lagi. Bisa saja engkau atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa memusnahkan kami semua. 

Sebagai manusia, aku dalam lubuk hatiku yang terdalam mau untuk membalas budi kepadamu bumi. Aku ingin merawat, aku ingin menjaga mahkluk hidup lain, aku ingin bajumu tidak terkotori oleh noda-noda dari perbuatan kami yang melukaimu. Tetapi seperti yang ku katakan tadi, kami manusia sering sekali dibutakan oleh keegoisan kami, keserakahan, kesombongan, yang akhirnya berujung dosa kepadamu dan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Jadi aku memohon kepadamu untuk membantuku agar aku tersadar kembali bahwa keberadaanmu terancam dan mendoakanku agar aku juga mampu untuk menyadarkan manusia lain untuk tetap menjagamu, sehingga setelah bermilyar-milyar tahun engkau hidup sebelum kami, engkau tidak “mati” ditangan kami.

Sekian dulu hal-hal yang mau kusampaikan ini. Aku tahu engkau mungkin tidak akan membalas surat ini dengan surat kembali. Tapi aku tahu engkau akan membalas surat ini secara tersirat. Aku akan selalu berusaha untuk merasakan kehadiranmu dalam karya kehidupanku. Engkaulah sahabatku, engkaulah Bumi Pertiwiku. Terima kasih kuucapkan kepadamu.

Salam Hangat,
Sahabatmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun