Jember - Untuk mengokohkan gerakan mahasiswa sebagai agen pengontrol dan perubahan, pada hari ahad (19/10) Lajnah Khusus Mahasiswa Hizbut Tahrir Indonesia DPD Jember mengadakan kongres bersama. Acara yang digelar di depan gedung DPRD Jember ini bertajuk Indonesia Congress of Muslim Students (ICMS) 2014 Jember. Kongres terbuka ini merupakan salah satu rangkaian kongres mahasiswa Islam yang diadakan di 73 kota di seluruh Indonesia. Sekitar 300 mahasiswa dari beberapa kampus yang ada di Jember, seperti Universitas Jember, Politeknik Negeri Jember, Universitas Muhammadiyah Jember, IAIN Raden Paku Jember, dan lainnya bersama meneriakkan We Need Khilafah, Not Democracy and Liberal Capitalism. Kongres ini dimulai dari pukul 07.30 WIB. Nasyid Indonesia milik Allah kayra Ustadz Kamil Abdullah oleh Asy-Syabab Voices mengiringi registrasi peserta. Dua master of ceremony, Mohamad Maftuh dan Firman Fitriadi membuka acara ini. Dilanjutkan dengan tilawah Al-Qur’an oleh Herman Santuso. Suasana acara semakin semarak ketika MC memandu seluruh peserta untuk meneriakkan yel-yel bersama dan kemudian disusul dengan menampilkan teatrikal yang menggambarkan realitas kondisi negeri-negeri muslim saat ini. Kongres ini diisi dengan orasi-orasi dari beberapa mahasiswa dan beberapa organisasi mahasiswa Islam yang berada di Jember. Orasi pertama disampaikan oleh Ketua Gema Pembebasan Jember, Eko Heri Santuso, SH. Mahasiswa magister Hukum Universias Jember ini meneriakkan bahwa demokrasi dilahirkan dengan membawa penyakit genetik induknya, yaitu kapitalisme dan sekulerisme yang tertular liberalistik. Tak hanya Itu beliau menjelaskan bahwa sumber kerusakan yang tatanan pemerintahan dan masyarakat saat ini juga disebabkan oleh demokrasi. “Demokrasi adalah biang kerusakan negeri ini. Tidak hanya hukum yang tidak berpihak pada rakyat, demokrasi juga membuat nilai agama terhina Islam dilecehkan. Disintegrasi negeri kita, juga atas nama demokrasi. Sumber Daya Alam negeri ini digarong oleh asing, karena Undang-undang yang dihasilkan oleh Demokrasi Perlemen” pekiknya lantang. Suasana semakin hidup ketika Imam S Muhammad, mahasiswa Politeknik Negeri Jember selaku orator kedua meneriakkan, “86 persen masyarakat Indonesia tidak setuju harga BBM dinaikkan. Tapi nyatanya Harga BBM tetap akan dinaikkan dengan alasan akan membebani APBN. Padahal, justru dana yang digunakan oleh pejabat-pejabat negara untuk plesiran itulah yang menghabiskan APBN.” Semangat seluruh peserta pun semakin menggelora ketika meneriakkan yel-yel, “Labbaik-labbaika Ya Allah” dan “Khilafah” berulang-ulang kali. Selanjutnya menampilkan teaterikal kedua yang menggambarkan adanya pertarungan ideologi antara Islam dan Kapitalisme. Penyebab keterpurukan ummat dan terjadinya penjajahan di atas dunia disebabkan diterapkannya Kapitalisme. Kapitalisme membuat makar demi makar dan berhasil mencengkram ummat. Saat ini Ideologi Islam melawan ideologi kufur, menguraikan cengkraman-cengkraman itu dari jeratan demi jeratan Kapitalisme. Pertarungan ideologi ini pada akhirnya akan dimenangkan oleh Islam, ideologi shahih yang bersumber dari Allah swt. Imam Nur Maliki, mahasiswa Teknik Universitas Jember sebagai orator ketiga mengatakan “Islam hadir di dunia sebagai jalan kemuliaan , Islam dulu pernah berjaya dan menghasilkan karya-karya besar. Tapi hari ini Islam tak berjaya lagi.” “Kita tak boleh menangisi apa yang sudah terjadi. Dan sebagai kaum muslim untuk menegakkan peradaban Islam kembali, kita harus belajara dari sejarah, yaitu Islam runtuh karena pengembannya tidak mau menerapkan syariah dan menerima pemikiran-pemikiran di luar Islam, seperti nasionalisme, sekulerisme dan liberalisme. Islam akan tegak hanya dengan orang-orang yang ikhlas. Islam itu dulu berjaya tidak hanya individu-individunya yang baik, tapi juga sistem yang baik ” Pungkasnya. Ketua umum HTI Link Kampus Jember, Abdul Hafidz selaku orator keempat menyampaikan "Inilah aktivitas riil, aktivitas nyata sebagai bentuk kepedulian kita terhadap kondisi kaum muslim.” “Para pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Namun ironi generasi muda sekarang, justru jauh dari harapan. Generasi terbaik tidak bisa dilahirkan dari sistem bobrok, sistem demokrasi liberal. Generasi terbaik hanya akan lahir dari sistem amanah, sistem dari al-Khaliq yaitu sistem Khilafah. Sistem pendidikan peradaban Islam mampu memberikan kontribusi besar, seperti al Khawarizmi sebagai tokoh penemu angka nol, Ibnu Sina, Ibnu al Haitsami, dan yang lainnya.” tegasnya. Sementara itu intellectual speech yang disampaikan oleh Dr. Nasrul ‘Ilminafik, MT, dosen Teknik Universitas Jember mengatakan “Demokrasi tidak memberikan apa-apa, kecuali segudang permasalahan. Harapan kepada demokrasi merupakan harapan semu yang tidak akan menghasilkan kebaikan sedikit pun. Harapan sepatutnya kita sandarkan kepada Allah SWT dengan menerapkan Syariat Islam secara menyeluruh. Ketaatan kepada Syariat Islam secara menyeluruh merupakan wujud keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Maka penerapan Syariat Islam secara menyeluruh merupakan syarat terlimpahkannya berkah Allah dari langit dan bumi.” Beliau juga menegaskan bahwa penerapan Syariat Islam yang dimaksud bukan semata-mata dalam aspek individual, tetapi dalam semua hal, termasuk bernegara. Karena sungguh tidaklah sedikit hukum-hukum Allah SWT yang hanya dapat diimplementasikan, kecuali dengan keberadaan negara. Namun, negara yang dimaksud bukanlah sembarang negara. Negara tersebut adalah negara yang menerapkan Syariat Islam secara menyeluruh, yakni Al Khilafah Rasyidah ‘ala min haajin nubuwwah. Di akhir orasi yakni seruan mahasiswa disampaikan oleh Hutri Agus Prayudho. Beliau menyampaikan, “Kita berdiri kokoh di sini semata-mata untuk meninggikan kalimat Lailaha Illallah muhammadurrosulullah, kita berdiri disini semata-mata menieriakan teriakan dari Allah, seruan dari Allah, yaitu kembali kepada Islam. Takbir! Al Ummah Turid Khilafah Islamiyah.” Seluruh peserta pun ikut bersama-sama meneriakkan kalimat tersebut hingga suasana sangat menggelora. Salah satu peserta Fasial, mahasiswa yang berasal dari Flores selaku perwakilan BEM FIKP Universitas Muhammadiyah Jember menanggapi bahwa bahwa menerapkan syariat Islam dalam kehidupan adalah suatu hal yang lebih bagus, lebih maju dan orang yang belum paham Islam akan semakin terpahamkan. Menurutnya juga, acara tersebut adalah acara sangat luar biasa dan sangat semangat sekali untuk memperjuangkan Islam. Semoga dengan terselenggaranya Indonesian Congress of Muslim Students 2014 Jember ini menjadi pemantik bagi mahasiswa Islam Indonesia untuk semakin bergerak menuntut perubahan Islam dan tegaknya syariat Islam dalam bingkai Khilafah segera terwujud. Amiin. []MI Jember
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H