Jenuh ? Ya, Jenuh ! Perasaan yang tak pernah diharapkan. Akhir-akhir ini membentang bagai dinding tak berpintu berdiri kokoh dihadapanku. Rutinitas ? Tak jelas sudah. Kata orang ini hal biasa. Manusiawi!
Indikasinya? Jadi sok happy lah, padahal sebal dengan diri. Ada yang jadi aneh.. pendiem.. amnesia.. banyak deh.. Hei, bukankah aku ingin jadi LUAR BIASA ?
Padahal seringkali hati ini tidak bisa menerima, bila diri ini pulang ditemani kilau gemintang, dan hanya bisa meluruskan punggung setibanya di rumah. Aktivitas yang biasa dilakoni seakan tak pernah berujung. Memang sih, sebenarnya untuk memenuhi semua kebutuhan ( mungkin sebagian hanya keinginan ). Tentu saja berdampak pada perasaanku, yang merasa tak punya kawan berbagi. Karena kadang banyak yang ingin aku sampaikan, tapi keluarga sudah berselimutkan malam. Atau sahabat sudahlah terlalu lelah. Aku jenuh!
Tapi aku sangat bersyukur pada Yang maha Tahu, karena tahu apa yang sebenarnya aku butuhkan pada saat situasi itu datang. Karena pada saat aku merasa jenuh pada kegiatan rutin yang sepertinya tak ada habisnya, selalu ada saja seseorang yang dikirim oleh Allah Swt untuk datang kepadaku. Tentu saja mereka datang dengan semua "keluhannya". Keluhan yang dilontarkan kepadaku ternyata membuatku "sadar”. Sadar untuk men-charge energi yang melemah. Sadar untuk tidak menjenuhkan diri. Karena keadaanku ternyata lebih beruntung di banding mereka. Rasa syukur yang seperti tergantung di balik hati, ternyata perlu di pindah ke relung hati. (MiHeSo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H