Mohon tunggu...
Michael
Michael Mohon Tunggu... -

Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu? #seseorang yang sedang mencoba menjelajah sanubari hati untuk lebih mengenali dirinya#

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Crazy Little Thing Called "Galau"

9 Juni 2016   01:53 Diperbarui: 9 Juni 2016   02:05 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam Kompasiana!

Galau. Kata galau menjadi sangat familiar dalam benak kita beberapa tahun terakhir. menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia, galau/ga·lau/ a, bergalau/ber·ga·lau/ a sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran);. 

berlandaskan definisi dari KBBI, dapat saya simpulkan bahwa galau adalah perasaan dimana pikiran manusia sedang kacau tidak keruan. seseorang yang pikirannya sedang kacau, maka dipastikan emosi dalam hatinya fluktuatif, bahkan cenderung bawaannya sedih, murung, muram, hilang semangat dan lain-lain. tetapi, dalam kalangan kaum muda, galau identik dengan masalah percintaan.

galau dapat terjadi pada setiap manusia dan hanya beberapa orang saja yang dapat melalui fasa galau dengan baik. mereka dapat menikmati fasa tersebut sebagai fasa transformatif dalam hidupnya, mereka mengelola perasaan galau tersebut dan dapat mengatasinya, sehingga menimbulkan buah yang dapat dinikmati olehnya, dan tentunya, orang-orang tersebut adalah orang-orang yang sukses dalam materi maupun dalam spritual. galau itu layaknya kuda yang sedang menarik delman, sedangkan kita kusirnya. jika kita dapat mengendalikan, berkuasa atas kuda tersebut, maka kita dapat menikmati perjalanan bersama kuda tersebut, dan tentunya, kita dapat sampai di suatu tempat yang kita tuju. Coba anda bayangkan, jika kuda tersebut tidak dapat kita kendalikan, maka semuanya akan liar, kacau, tidak teratur, dan alhasil, kita tidak dapat mencapai tujuan kita. kita bahkan dapat tersesat, jatuh ke jurang kematian.

saudara, ketika saya membaca iklan rokok dan peringatan dibawahnya yang berbunyi "merokok dapat menyebabkan kanker ....." maka saya terpikirkan untuk merumuskan bahwa "Galau dapat menyebabkan seseorang menjadi tempramental, pendek akal, hilang semangat hidup, menjadi terlihat bodoh dimata orang lain dan jika dikonsumsi secara berlanjut dapat menyebabkan kematian." YA! kematian! Crazy bukan? maka pantaslah kita namai sebagai "Crazy Little Thing Called Galau"

contoh efek galau: terlihat bodoh dimata orang lain dan kematian: sebagai seorang yang "sehat", ketika saya membaca berita tentang seorang mahasiswa bunuh diri karena kisah asmara dengan kekasihnya kandas, saya hanya bisa mengasihani dirinya yang sangat-amat pendek akal. tetapi, percayalah, ketika anda diposisi beliau, ketika anda galau dan galau tersebut tidak dapat anda kuasai, maka akal anda dapat sependek beliau, bahkan lebih. 

berbicara tentang galau, saya jadi teringat pengalaman saya beberapa hari terakhir. kasusnya masih sama dengan yang saya ceritakan di artikel tentang irihati saya yang sebelumnya. saya iri terhadap seorang atlet bulutangkis yang mewakili Indonesia, ya, dia pemain muda yang berprospek bagus, namanya adalah Jonatan Cristie. banyak orang menaruh harapan padanya dan tanpa ada alasan yang jelas saya menjadi irihati kepada beliau, karena saya rasa beliau sudah menjadi seseorang yang sukses sejak muda. Rasa galau pun menyerang saya. kepala saya pusing, saya menjadi sedikit lebih tempramental, dan ini berlangsung tidak hanya 1 hari tetapi berhari-hari.

dari situ saya menyadari bahwa saya sedang diserang dengan penyakit galau. saya bertanya dalam diri saya, "mengapa?" dan saya mencoba mencari jawabannya dalam diri saya sendiri dan coba sharing dengan Seseorang yang sudah saya anggap sebagai Ibu saya sendiri, dan yang saya dapatkan yaitu bahwa saya galau karena saya terlalu iri hati terhadap jonatan. saya kurang bersyukur atas segala rahmat yang telah saya terima, saya kurang menerima diri saya apa adanya, saya terlalu ingin cepat sukses padahal perjuangan saya belumlah seberapa dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Jonatan yang saya yakin, sudah mempersiapkan dan melayakkan dirinya menjadi atlet nasional. 

Saudara, buah itulah yang dapat saya petik. hasil refleksi itulah buah yang sangat berharga untuk saya, untuk bekal saya kelak. hasil refleksi itulah yang menjadi pemicu saya untuk semakin menekuni bidang saya, semakin melayakkan diri saya untuk suatu posisi dimasa mendatang -yang saya yakin akan membuat Jonatan iri pula kepada saya hahaha-. Ya, saya telah melewati itu semua, walau masih ada rasa galau sedikit-sedikit, tapi rasanya tidak seberapa dibandingkan galau yang kemarin-kemarin.

Saudara, semua itu kembali lagi kepada kita. maukah kita mengendalikan rasa galau tersebut ataukah kita membiarkan galau tersebut semakin liar dan semakin liar?. Coba anda bayangkan, jika anda sedang galau dan dapat mengelolanya dengan baik, sehingga mendapatkan buah dari galau tersebut yang dapat membantu kita menjadi seseorang yang layak untuk sesuatu yang besar. betapa sangat luar biasa dibandingkan anda membiarkan galau tersebut menghancurkan masa depan dan kesempatan anda untuk menjadi orang yang besar, bukan? :)

Salam,

MG. 

Kamis, 9 Juni 2016. 1.53 A.M.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun