Sebuah pesan teks WhatsApp  masuk tanggal 10 Juli 2024 siang dari sahabat Kompasianer, Acek Rudy. Mengabarkan bahwa contoh novel "Kapak Algojo dan Perawan Vestal" (KAPV) dan kaos eksklusif dari Mbak Widz Stoops telah tiba.
Rasa bahagia sontak terekspresikan usai membaca pesan itu. Bagaimana tidak? Setelah melewati masa penantian panjang; akhirnya novel bareng tersebut dapat hadir dalam bentuk nyata di hadapan para pembaca.
Ya, masa-masa penantian selama hampir 3 tahun. Sebuah novel bareng yang ditulis pada tahun 2021 oleh 33 orang penulis; baik Kompasianer maupun non Kompasianer. Setiap penulis bebas untuk berimprovisasi dan mengekspresikan imajinasinya.
Puluhan penulis yang menulis karya artikel dengan topik terpisah mungkin sudah pernah ada. Tetapi, karya puluhan penulis yang menulis novel fiksi; yang bersambung satu sama lain sesuai tema sentral yang telah ditentukan; mungkin baru pertama kalinya.
Novel yang diinisiasi Kompasianer yang berdomisili di negara Paman Sam, Mbak Widz Stoops, awalnya dianggap mustahil dapat terwujud. Karena tantangan terbesarnya, mungkinkah kebebasan berimajinasi yang diberikan kepada 33 penulis dari berbagai latar belakang ini, dapat menghasilkan karya novel yang berkualitas?
Kemustahilan itu akhirnya dapat menjadi kenyataan. Berbekal semangat kolaborasi dari para penulis untuk menghasilkan sebuah karya literasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Semua kendala pun dapat dilewati.
Konsistensi para penulis untuk merampungkan novel bareng fenomenal ini menjadi kunci kehadiran novel KAPV. Sebagai bentuk kepedulian para penulis terhadap kelangsungan dan kemajuan dunia literasi di Indonesia.
Saya termasuk beruntung, menjadi salah satu penulis novel KAPV. Masih teringat ketika Kompasianer Khrisna Pabichara dan Acek Rudy memberikan tantangan untuk ikut mendaftar sebagai penulis novel. Saat itu kami berada di Pier 52, tempat hangout di tepi Pantai Losari, Kota Makassar pada tanggal 26 Juni 2021. Â
Tantangan tersebut tidak serta merta kuterima. Setelah berpikir selama dua hari akhirnya saya memberanikan diri ikut mendaftar. Pasalnya, menulis fiksi bukanlah genre yang saya tekuni selama ini.