Mohon tunggu...
Miguel Dharmadjie
Miguel Dharmadjie Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi nilai-nilai kebajikan

Public speaker, Member of IPSA (Indonesian Professional Speakers Association), Dhammaduta, Penyuluh Informasi Publik (PIP) dan Penulis. Urun menulis 9 buku antologi dan kolaborasi: "Berdansa Dengan Kematian : Narasi Survival, Solidaritas dan Kebijakan di Pandemi Covid-19" (November 2020), "Di Balik Panggung Bicara (Kisah dan Kolaborasi Pembicara Publik)" (Mei 2021), "Selalu Tebar Kebaikan" (April 2022), "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati" (Desember 2022), "Gerimis Cinta Merdeka" (Januari 2023), "Speakers' Notes" (Januari 2023), "Speakers' Notes: The Next Journey" (Oktober 2023), novel "Kapak Algojo dan Perawan Vestal" (Juni 2024), serta "A2Z Experience In Public Speaking" (Agustus 2024).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Tradisi Budaya Tionghoa di Klenteng Kwan Kong, Makassar

15 Februari 2023   06:00 Diperbarui: 15 Februari 2023   06:14 2582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Tahun Baru Imlek 2574 / 2023 M. telah usai. Selama dua pekan, masyarakat Tionghoa merayakannya dengan penuh sukacita. Dimulai sejak hari pertama Imlek (22 Januari) hingga hari ke-lima belas Imlek / Cap Go Meh (05 Februari).

Kesadaran dan kewaspadaan dalam menghadapi risiko Covid-19 pada perayaan Imlek pun tetap menjadi perhatian. Meski, sudah tidak ada lagi pembatasan kerumunan dan pergerakan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. 

Pasca pencabutan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara resmi oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada Jumat (30 Desember 2022). 

Bagi umat Tridharma (Buddha, Khonghucu dan Taoisme), Tahun Baru Imlek memiliki  makna ritual dan spiritual. Klenteng, vihara, maupun cetiya menjadi sentra ritual sembahyang Imlek. Umat yang datang bersembahyang lebih ramai dari biasanya. 

Keramaian umat beribadah terlihat pula di Klenteng Kwan Kong; salah satu klenteng tertua di Kota Makassar. Di tempat ini, Dewa Kwan Kong menempati altar utama. 

Dewa Kwan Kong simbol ketulusan, kesetiaan, semangat, keberanian dan kebijaksanaan dalam membantu sesama yang membutuhkan. Keteladanan akan sifat-sifat luhur ini membuat sebagian masyarakat Tionghoa sangat meyakini dan menghormati Dewa Kwan Kong.

Walaupun ada keterbatasan ruangan karena gedung utama klenteng masih direnovasi, namun umat tetap antusias datang beribadah bersama keluarga. 

Memberi penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Buddha Sakyamuni, Dewa Kwan Kong, Dewa-Dewi dan leluhur. Mengucap syukur atas karunia yang telah diperoleh. Memperteguh tekad diri agar semua berkah kebajikan senantiasa menyertai setahun ke depan.

Selain sebagai sentra kegiatan spiritual keagamaan, Klenteng Kwan Kong juga menjadi tempat mengenal dan belajar tradisi budaya Tionghoa. 

Pelajar dari berbagai sekolah, mahasiswa dari berbagai kampus, dan masyarakat dari berbagai instansi telah berkunjung. Guna mengenal dan melihat dari dekat tradisi budaya Tionghoa, sejarah keberadaan Klenteng Kwan Kong, beserta ornamen-ornamen, sarana sembahyang, dan sarana puja di dalamnya.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun