Di sebuah lapangan kecil di pinggiran desa Baleharjo, Reka, Alga, Riko, dan Elzain sedang asyik bermain sepak bola. Mereka semua bermain tanpa memakai sepatu, merasakan rumput hijau di bawah kaki mereka. Suasana begitu riang dan penuh tawa.
Tiba-tiba, Alga menendang bola dengan sangat kuat. Tapi, bukannya kegembiraan, jeritan kesakitan yang keluar dari mulutnya. Kaki Alga terluka dan berdarah.
Reka segera berhenti bermain dan mendekati Alga. Melihat darah di kaki temannya, Reka panik sejenak. Namun, dia cepat-cepat ingat bahwa ada kotak P3K di rumahnya. Tanpa berpikir panjang, Reka berlari ke arah sepedanya dan mengayuh dengan cepat menuju rumah.Â
"Reka ... kamu mau ke mana? Kenapa malah pergi? Harusnya kita bersama-sama menolong Alga!" teriak Elzain. Ia berburuk sangka terhadap Reka.
Reka menghentikan sepedanya, kemudian menoleh ke arah Alga.Â
"Tenang Elzain. Aku mau ambil kotak P3K di rumah. Aku akan mengobati Alga!" Reka langsung mengayuh sepedanya dengan cepat tanpa menunggu respon Elzain.
Setibanya di rumah, Reka segera mencari kotak P3K. Setelah menemukannya, dia kembali mengayuh sepeda secepat mungkin ke lapangan.
Setibanya kembali, Reka dengan hati-hati membersihkan luka di kaki Alga dan membalutnya. "Kamu pasti cepat sembuh," kata Reka sambil tersenyum menguatkan.Â
"Tapi ini sedikit perih," keluh Alga sambil meringis menahan sakit.Â
"Tidak apa-apa. Kata ibuku perih itu tandanya obat sudah bereaksi," terang Reka.