Mohon tunggu...
Mifta Khusnul Khotimah
Mifta Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku Mifta, hobiku membuat cerpen. "Terus mencoba, kalau gagal ya coba lagi."

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Efektivitas Kepemimpinan Muda dalam Menghadapi Era Industri 4.0

1 Maret 2024   18:19 Diperbarui: 1 Maret 2024   18:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang

Pemimpin menjadi ujung tombak yang menentukan keberhasilan suatu organisasi. Perkembangan yang pesat di berbagai bidang kehidupan menuntut adanya perkembangan pula dalam bidang pengelolaan sumber daya, terutama dalam kepemimpinan. Tipe dan gaya kepemimpinan sangat berkaitan dengan norma perilaku pada diri seseorang saat mempengaruhi perilaku orang lain.

Pembahasan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Menurut Peter Drucker, kepemimpinan adalah proses sosial yang mempengaruhi individu-individu lain untuk mencapai tujuan tertentu. 

Perkembangan yang pesat menuntut kehadiran pemimpin yang visioner dan mampu melihat peluang agar tidak tertinggal oleh kemajuan zaman. Maka dari itu, beberapa organisasi kini lebih memilih untuk melahirkan para pemimpin muda yang dipersepsikan lebih luwes, gesit, mampu melihat peluang dan berpikiran terbuka, dibandingkan dengan pemimpin yang tetap memaksakan gaya kepemimpinan favoritnya tanpa mempertimbangkan kondisi saat ini.  Gaya kepemimpinan harus menyesuaikan ritme dan pola kaum muda yang merupakan bagian dari generasi milenial (Peramesti & Kusmana, 2018).

Dalam sejarah Bangsa Indonesia telah mencatat banyak tokoh pemuda yang berperan besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada masanya dan kemudian menjadi pemimpin-pemimpin besar bangsa, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Syahrir. Hingga saat ini telah banyak pemimpin-pemimpin muda yang bermunculan di Indonesia dan berhasil mendapat pengakuan atas prestasinya dalam kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga.

Setiap pemuda pantas menjadi seorang pemimpin dengan ciri khasnya gaya dan tipe kepemimpinannya masing-masing. Namun, di era industri 4.0 banyak juga masyarakat yang menentang kepemimpinan yang dibawakan oleh pemuda dengan alasan tidak memiliki pengalaman dalam memimpin atau tidak sesuai dengan ekspektasi dan kemauan masyarakat. 

Hal ini tentunya menjadi bahan evaluasi bagi seluruh lapisan masyarakat bagaimana cara menyikapi hal tersebut.  Indonesia sudah menapaki era industri 4.0 sejak tahun 2010, yang antara lain ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi. 

Dalam World Economic Forum, para ahli dan pemimpin-pemimpin perusahaan besar menyatakan bahwa di masa depan, hierarki organisasi akan berubah. Konsep "hero-leadership heading a troop of followers" (pemimpin adalah pahlawan yang memimpin pasukan pengikut) tidak lagi masuk akal di masa kini (Lozza L, 2019). 

Maka dari itu, generasi muda kita harus berkarakter, kompeten, dan inovatif dan memiliki daya saing yang tinggi agar mampu menghadapi persaingan global.

Efektivitas kepemimpinan merupakan sebuah konsep yang kerap diangkat ketika membahas tentang pemimpin dan kepemimpinan. Efektivitas kepemimpinan pada umumnya berusaha dijelaskan dengan memecah menjadi dua konsep: kepemimpinan dan efektivitas atau efektif. 

KBBI memaknai efektivitas sebagai keberhasilan. Sementara kata efektif dimaknai sebagai berhasil guna dan dapat membawa hasil. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama (Sahrah, 2004).

Beberapa hal yang dapat dijadikan tolak ukur efektif atau tidaknya sebuah kepemimpinan adalah:

1. Kemampuan mempengaruhi anggotanya.

2. Fokus pada tujuan yang dirancang.

3. Keterampilan mengelola sumber daya.

4. Taat pada norma.

5. Stabilitas emosi.

6. Mengenali potensi anggota.

7. Bersikap objektif dan terampil dalam berkomunikasi.

Penutup

Perkembangan yang pesat menuntut kehadiran pemimpin yang visioner dan mampu melihat peluang agar tidak tertinggal oleh kemajuan zaman. Maka dari itu, beberapa organisasi kini lebih memilih untuk melahirkan para pemimpin muda yang dipersepsikan lebih luwes, gesit, mampu melihat peluang dan berpikiran terbuka, dibandingkan dengan pemimpin yang tetap memaksakan gaya kepemimpinan favoritnya tanpa mempertimbangkan kondisi saat ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun