Ekstremisme merupakan sebuah konsep yang kompleks dan sering kali memunculkan kontroversi dalam pemahamannya. Secara harfiah, ekstremisme mengacu pada kualitas atau keadaan yang menjadi sangat ekstrem dalam advokasi atau pandangan tertentu. Namun, definisi ekstremisme tidak hanya terbatas pada dimensi politik atau agama, tetapi juga dapat melibatkan aspek sosial dan budaya yang beragam.
Salah satu implikasi di era baru ini adalah munculnya radikalisme dan ekstremisme berbasis agama yang dipicu oleh fatwa jihad dari tokoh agama di timur tengah, konflik komunal yang melibatkan pembunuhan umat islam, dan kemenangan 3 narasi ekstremisme keagamaan di indonesia. Pengaruh jihadisme global yang pada kondisi tertentu dapat bertransformasi menjadi jihadisme dan terorisme gerakan jihadi juga muncul dari latar gerakan lama yang bergerak secara klandestin dimasa otoritarian orde baru (1966-1998).
Radikalisme dan ekstremisme merupakan persoalan kompleks yang tidak berdiri sendiri. Untuk melihat lebih teliti bagaimana pendidikan agama berkontribusi dalam 8 latar pendidikan dan agensi individual membentuk individu yang terpapar radikalisme penelitian ini menggunakan metode kualitatif wawancara kehidupan mereka. Persoalan-persoalan struktural seperti kemiskinan, pengangguran, dan keterbelakangan turt mendorong seseorang untuk mencari jalan resistensi yang mewadahi aspirasi mereka. Dalam konteks matinya kritisisme kelompok kiri, radikalisme dan ekstremisme menjadi alternatif ideologi resistensi bagi mereka . ideologi yang umumnya berperan sentral dalam proses anggota gerakan radikal di anggap hanya menguatkan framing yang dibangun diatas kekecewaan terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi.
Di indonesia, generasi muda sering menjadi target utama ekstremisme, baik dalam bentuk radikalisme agama maupun pandangan politik yang ekstrem, karena mereka dianggap lebih mudah dipengaruhi dan cenderungmemiliki idealisme tinggi.
Faktor yang berkontibusi pada isu ekstremisme:
1. Pengaruh media sosial
2. Ketidakpuasan terhadap pemerintah
3. Pengaruh Globalisasi
Upaya untuk menangani ekstremisme dikalangan generasi muda di indonesia perlu melibatkan edukasi kritis, dialog antar-generasi, dan pengatan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi.
Para tokoh seperti Najib Kailani, Munirul Ikhwan, dan Aflahal Misbah menyorot doktrin Ukhuwah dan takfir sebagai dasar aktivisme jihadi yang menjadi diskrusus sentral di dalam jaringan mereka. Jl membagun ideologi jihadnya di atas doktrin persaudaraan sesama muslim ( Al-ukhuwah Al-islamiyah) yang juga mencakup persaudaraan muslim lintas negara. Terdapat konteks yang unik dari individu yang mepaparkan ekstremisme jawa timur, yaitu latar belakangan pendidikan pesantren yang menjadi konteks awal perkenalan dengan radikalisme dan ekstemisme. Meski demikian, sejauh mana kurikulum pesantren ikut berkontribusi dalam penyamaian paham radikal dan ekstremis adalah pertanyaan yang tidak mudah dijawab dengan jelas. Dalam hal ini, kita hanya dapat katakan bahwa ” lingkungan ” pesantren di jawa timur tampaknya turut mengenalkanya santri pada literatur islamis radikal dan ekstremismes seperti dibawah NIS.
Ekstremisme agama di Indonesia merujuk pada paham atau tindakan yang melampaui batas dalam beragama, yang sering kali mengarah pada intoleransi, diskriminasi, dan kekerasan atas nama agama. Inti dari penjelasan ekstremisme agama di Indonesia dapat dirangkum sebagai berikut: