Mohon tunggu...
Ulum Sugarwo
Ulum Sugarwo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Setiap kita adalah pencerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pendaki

14 Desember 2014   21:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:19 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak menduga perjalanan akan sesulit ini
Apa sebelumnya kau berfikir ini akan mudah?
Tidak, hanya ini benar-benar sulit, diluar bayanganku. Seandainya tidak ada gravitasi, kita dapat melompat langsung kebawah jurang ini, tanpa merasakan sakit, atau khawatir akan cedera
Kita sedang diatas, jangan berfikir yang tidak-tidak, atau kita akan benar-benar jatuh
Bisakah kita istirahat sejenak?
Tentu, tidak semua yang kita lalui ini buruk. Lihat, langit benar-benar cerah, kita duduk diatas batu ini saja
Langit cerah selalu panas john, dan sebentar lagi tubuh kita akan terpagang matahari. Aku lebih suka cuaca berawan, tanpa hujan atau petir, air hujan membuat tubuh cepat lelah
Apa kau menyesal ikut bersamaku?
Bukan begitu, seandainya kita mempunyai pilihan lain, tidak mendaki dan menuruni tebing curam seperti ini setiap hari. Kehidupan orang normal tidak seperti ini, bahkan disini kita tidak bisa membelanjakan uang

Kita bisa bercinta disini sayang dan menjadi lebih bahagia melebihi orang-orang yang tinggal diperkotaan, atau tempat-tempat lainnya
Aku sedang tidak ingin, kita bahkan tidak tahu apakah anak kita kelak dapat menjalani hidup seperti ini. Aku berharap mereka dapat sekolah, bermain ditanah lapang, dan berenang. Seperti masa kecilku dulu.
Kita tidak akan memiliki anak tanpa bercinta
Ya, lebih baik mengadopsi saja, dengan demikian kita tidak perlu mengkhawatirkan betapa bahayanya jika anak-anak bermain ditepian tebing curam semacam ini
Tapi tidak pernah ada kecelakaan seperti bayanganmu may, seumur hidupku aku belum pernah menemukannya, ataupun sekedar mendengarnya cerita dari warga sekitar
Hal itu berbeda john, aku tidak besar disini, tidak dilingkungan seperti ini. Setiap kali mendaki, bayang-bayang terpeleset menghantuiku sepanjang perjalanan, aku bayangkan tubuhku dapat menggelinding sewaktu-waktu, membentur batu cadas. Sangat menakutkan membayangkan kematian sendiri dengan cara yang tragis
Janganlah berlebihan may, selama kita berhati-hati tidak akan terjadi apa-apa
Kau menganggap semuanya mudah john
Kalau kita teruskan kita akan bertengkar, lebih baik kita turun sekarang, sebelum cuaca benar-benar panas
Ingin rasanya segera sampai kampung bawah
Aku juga, kita dapat menikmati seduhan jahe madu hangat sepuasnya
Kemudian didera keinginan kekampung atas, tidak bisakah hidup berdiam disatu tempat saja
Hati-hati may, bagian jalan ini agak licin, pegang erat tanganku
Aku selalu memegang tanganmu dengan erat john
Dibalik turunan itu kita akan segera melihat kampung bawah, apa kau ingin beristirahat lagi
Tidak, aku sudah tidak sabar berendam di sumber air hangat, kita harus bisa membangun rumah dikampung bawah suatu saat, setelah itu kita tidak perlu bersusah payah naik lagi
Prosesnya rumit may, kau tahu itu, kita harus mematuhi tradisi yang ada
Kalau begitu, kita lakukan sesuai tradisi, di pasar kota, banyak yang menjual sapi merah
Tidak ada uang disini, mereka tidak akan memberikan secara cuma-cuma, dan proses jual-beli seperti itu sangat rumit
Kalau orang tuaku mau mengirimkan uang, pasti hidup tidak akan serumit ini, tapi aku sudah memilih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun