Mohon tunggu...
Miftakhul Shodikin
Miftakhul Shodikin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Kenapa kamu hidup ?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak Kurir Kirim Paket....

13 November 2020   14:25 Diperbarui: 13 November 2020   14:28 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

si bos melihat puluhan centang-centang, checklist-checklist dan betul apa  yang di katanya. Pak.kurir memang jujur,baik,bijak dan suka menabung. Umurnya belum tua, di masih sedikit muda. Pak.kurir memiliki cita-cita sebagai sales tapi tak pernah tercapai karena sales minimal S1. Pendidikan mennghambat cita-cita Pak.Kurir. tapi tak lebih penting dari cita-cita kini ia hebat dengan pekerjaannya. Kurir!

Di sela-sela pencarian alamat rumah, Pak.kurir menghentikan sepeda supranya. Meminggirkannya di bahu jalan. Turun dan berjalan ke tengah jalan. Kala itu jalan cukup rame, namun pak.kurir tetap nekat untuk ke tengah jalan. Di ujung jalan ada seekor anak kucing. Pak.kurir bergegas mengambil anak kucing yang kebingungan di ujung jalan itu. Mau maju ada mobil, mundur lagi. Maju lagi ada sepeda, takut, mundur lagi. Lagi-lagi dan lagi tak ada yang peduli hingga datang seorang pahlawan penyelamat binatang. Pak.kurir dengan gagah berani menerobos dan menghalangi laju mobil dan motor untuk menyelamatkan anak kucing yang kebingungan. Pak.kurir mengambil dan menggendong anak kucing berwarna putih dan kuning itu. Membawanya ke ujung jalan dan meletakkannya di dekat semar yang tumbuh banyak bunga. Namun, saat kaki kucing menyentuh tanah dan genggaman pak.kurir sedikit dilepas. Si anak kucing malah lari meliuk-liuk melewati kolong mobil dan sepeda di seberang jalan, anaak kucing kini kembali di posisi semula. Ujung sebrang jalan sana. Sungguh sebuah kegiatan sia-sia. 

Aksi penyelamatan heroik yang berujung nestapa. Bunyi liu-liu dari motor putih biru dengan pengendara berseragam dan helm yang necis membawa pistol di kiri kanan pinggang, bersarung tangan hitam, berkacamata hitam dan sepatu besar yang gagah nampak dari kejauhan dan itu artinya kesialanpun datang menghampiri pak.kurir. polisi datang menilang. Pak.kurir melanggar etika berlalu lintas, melanggar papan petunjuk yang telah di sahkan undang-undang merupakan suatu pelanggaran yang harus di berantas dengan keras. Ajang pencarian pelanggar lalu lintas memang semarak di kalangan penegak keadilan dari pada ajang pencarian tikus-tikus di lumbung padi sana itu.  Warga sendiri di peras dengan dalih uang damai. Jangankan itu bahkan seorang warga asing di Bali kena sasaran oknum itu sampai-sampai 1juta rupiah banyaknya. Suatu pandangan di  Negeri ini ketika pak.kurir itu pun dengan pasrah menyerahkan uang damai. 

Pak.kurir memang salah melanggar papan bertuliskan STOP yang di coret itu tapi ini bisa di proses di persidangan dan juga belum tentu sampai mengeluarkan banyak biaya. Aksi palak jalanan yang dilakukan oknum itu menggambarkan betapa hebat dan adidayanya hukum di negeri ini. Dengan ancaman akan menyita STNK dan membawa paksa sepeda motor beserta paket-paket nya akan di bongkar satu-satu mungkin bisa saja ada ganja. Tentu, pak.kurir takut sekali dan lebih memilih dengan uang damai. Belum lagi proses persidangan yang tampak dingin dan mencekam. Yang tentu begitu asing bagi pak.kurir. stigma ini sangat umum di kalangan masyarakat desa. Sebuah gambaran mengenai persidangan yang kaku dan tegang. Mencekam membuat siapa saja akan lari keluar karena ketakutan, belum lagi proses yang rumit, bertele-tele membuat pak.kurir memilih damai di jalan begitu saja. Sifat dasar orang desa yang tak mau ribet itulah yang di manfaatkan oknum agar persoalan cepat selesai yah dengan uang damai, begitulah kiranya. Pak.kurir Menyerahkan sebagian uang darai jerih payahnya bekerja di bawah terik matahari pagi sampai sore itu. 

Dengan sedikit deg-deg'an dada, Pak.Kurir melajukan supra itu menuju jalan-jlan yang diarahkan gawainya. Bedanya kini pak.kurir tidak begitu cepat dan lebih memilih pelan saja, takut dengan garangnya oknum tadi membuat gemetar dan keringan dingin di mana-mana, pikiran terbang melayangan tak fokus hampir menyerempet ibu-ibu belok kiri sen kanan di pertigaan pasar. Nyaris saja juga ada kucing sialan melompat ke helm pak.kurir dan menghalangi pandangan jalan. Pikiran kacau, uang 300 ribu rupiah lenyap begitu saja dalam waktu tak kurang lebih dari 5 menit itu. Uang yang untuk berobat istri tercinta kena penyakit panu kini si istri harus bersabar dan meunggu beberapa hari lagi untuk bisa membeli selep ajaib dari story WhatsApp temannya itu. 

Pengaruh gawai tak ada main memang. Dari belanja sampai vidio aniaya ada di dalamnya. Tinggal bijak-bijak saja si pengguna memakainya. Seperti pak.kurir kita ini, seorang penyelamat binatang, super hero pahlawan di tengah pandemi corona, mengantar berbagai macam paket dari pintu ke pintu rumah. dari paket yang kecil sampai super besar. Dari makanan sampai pakaian. Semua di antar pak.kurir dengan bantuan gawai petunjuk arah. Namun sial tidak selamanya seorang pahlawan bernasib baik dan Tak semua orang baik dicap pahlawan. Lebih-lebih oknum itu tadi, bagaimana bisa seorang penegak keadilan berlaku sedemikian dengan pak.kurir yang baik hati pengantar berbagai macam barang di saat situasi tidak memungkinkan untuk orang-orang keluar rumah berbelanja. Kurir solusinya.

Hidup mungkin sekali, tapi bagaimana kita bisa memaknai hidup itu mungkin berjua-juta kali. Akan indah apabila kita saling menghargai, hargai profesi yang mungkin sangat rendah di mata. Yang mungkin tidak sempat terlintas KAU akan jadi dia. Bahkan mungkin profesi yang kau dampa penuh kebusukan semata. Penuh intrik dan kebohongan. Yang kau lihat baik belum tentu baik. Dan yang buruk belum tentu juga buruk. Matamu penuh kepalsuan. Dan... "kebenaran bukan ada di dalam dirimu, kebenaran sejati ada di tuhan sang pencipta" (Sujiwo Tedjo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun