saat membaca judulnya mungkin akan terbersit pikiran bahwa penulis akan membahas tentang pemilu dan koruptor, namun pikiran itu salah. penulis tidak akan membahas hal tidak berguna seperti itu. penulis masih mahasiswa semester 4, ketika di kampus penulis melihat lihat mading kampus barangkali ada pengumuman tentang seminar, open recruitment, atu yang lain lain, namun tiba tiba perhatian tertuju pada sebuah lembaran di pojok mading yang kira kira bertuliskan 9 April 2014, tentukan koruptor pilihanmu. entah siapa yang menempel kertas itu, namun terasa sangat menyolok mata meskipun tulisan itu hanyalah fotocopy-an dengan gambar hitam putih. tanpa berpikir panjang langsung saya copot dengan merobek paksa kertas itu kemudian langsung remas dan lempar ke tempat sampah.
yang saya herankan adalah kenapa mahasiswa berpikiran pesimis seperti itu, namanya  mahasiswa, yang sering disebut sebut sebagai agent of change ternyata pesimis dengan apa yang dimilikinya. harusnya berpikiran kedepan untuk merubah indonesia yang sudah seperti ini eh malah mengajak orang untuk golput, parahnya lagi yang diajak golput adalah mahasiswa. seorang mahasiswa yang seharusnya mengajak untuk berlomba lomba untuk kebaikan dengan cara bersaing dalam bidang akademik, malah mengajak untuk menghancurkan negeri sendiri dengan cara memilih diam dan tidak menyampaikan aspirasi (suara/hak pilih). ini mengindikasikan bahwa masih ada generasi muda yang pesimis dengan kondisi Indonesia yang memburuk ini. pada tahun depan sudah dijalankan ASEAN Community yang sangat membutuhkan SDM kualitas tinggi / unggulan. dalam hati saya berkata "ayolah kawan, kita ini mahasiswa, kita adalah ujung tombak bagi bangsa ini, mau dibawa kemana bangsa ini kedepannya tergantung pada aktivitas kita, dari pada menulis yang tidak bermanfaat seperti itu mending mencari pengalaman belajar, berburu beasiswa, membuat KTI, atau bergabung dengan ormawa yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pengabdiain masyarakat" .
harus diakui memang tidak sedikit mahasiswa yang selalu optimis dengan kemampuannya di Indonesia, namun juga banyak pula anak muda yang justru pesimis, kalau pesimis mau jadi apa
apakah cuma pasrah dengan keadaan? kita harus bangkit hey mahasiswa. penulis mengakui memang dari sistem pendidikan dan  pemerintahan kita kurang baik, terbukti dengan apa yang dihasilkan dari pendidikan dan pelaksanaan kebijakan dari pemerintah, lantas apakah kita hanya ikut saja tanpa ada niatan untuk bangkit.
penulis pernah mendengar kalimat dari pak Gubernur DKI Joko Widodo, "banyak sekali kelebihan  dan prestasi yang dimiliki Indonesia, namun kurang dipublish, yang dipublish hanyalah kekurangan dan kelemahan, seperti kriminal, korupsi, pelanggaran HAM, dsb. hal itu malah menimbulkan pesimisme masyarakat. untuk itu yang harus dipublish adalah kelebihan dan prestasi yang membanggakan, sehingga anak cucu kita bisa mencontoh usaha kita, dan kita pun juga tidak lagi dipandang rendah oleh negara lain"
saya pikir janganlah kita menjadi pemuda yang pesimis, prinsip kita adalah lakukan semua yang kamu bisa dengan semua yang kamu milikki. dengan demikian saya kira kita selalu menunjukkan peningkatan disetiap kesempatannya. dan kaitanya dengan pemilu yang akan datang mari kita kaji latar belakang calon kita, melihat visi dan misinya, melihat kesesuaian dia dengan Indonesia melalui prestasi yang sudah pernah dia dapatkan dll (pertimbangan setiap orang berbeda beda).
bagaimanapun juga satu suara kita menentukan siapa yang akan memimpin, dan siapa yang akan memimpin menentukan kehidupan bangsa ini. dengan kata lain satu suara kita dapat menentukan nasib bangsa ini.
salam, Miftakhuddin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H